Khutbah Jum’at :( HAKEKAT KEBENARAN)



Masjid Agung ponpes Sabilul Hasanah (Duloe)

KHUTBAH PERTAMA
 
اَلْحَمْدُللهِ الَّذِى حَقَّقَ  اَرْكَانَ الدِّيْنِ بِإِرْسَالِ سَيِّدِاْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ  اَلْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ.وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْنُ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.    فَيَاعِبَادَاللهِ، اِتَّقُوْا اللهَ وَاَطِيْعُوْا الرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ تَعَالَى هَدَانَا إِلَى سَبِيْلِ الرُّشْدِ بِإِرْسَالِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ  قَالَ الله ُتَعَالَى فِى اْلقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ  وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ  وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلِ الْحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّ
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Saya mengajak diri saya sendiri dan saudara-saudara semua. Marilah kita selalu berusaha untuk meningkatkan iman dan taqwa kita dengan sebenar-benarnya. Menjalankan perintah Allah, dan meninggalkan larangannya. Kita sadar sepenuhnya, bahwa iman dan taqwa yang kuat – akan dapat menghantarkan kita selamat – dunia dan akhirat. Saya berdoa, semoga iman dan taqwa kita selalu ditingkatkan dan dipelihara oleh Allah Swt.
Saudara-saudaraku Kaum Muslimin Yang Berbahagia
Semakin lama semakin tidak jelas – antara kebenaran dan kebatilan. Kadang, sesuatu yang benar – bisa tampak menjadi tidak benar. Kadang, sesuatu yang salah – bisa tampak menjadi benar. Sehingga, masyarakat awam menjadi bingung – mana yang benar dan mana yang salah. Dampak akhirnya – menjadi berbalik 190 derajat. Yang benar bisa menjadi kalah. Yang salah – bisa menjadi menang.
Apakah kebenaran hakiki itu. Para ahli berpendapat, bahwa kebenaran hakiki itu memiliki indicator – paling tidak sebagai berikut: 1. Universal, bisa diterima oleh segala lapisan masyarakat. 2. Tidak memihak. 3. Ada unsur keadilan. 4. Mengandung rahmat. 5. Mendatangkan ketentraman dan kesejahteraan. 6. Berlaku selamanya. 7. Tidak ada keraguan di dalamnya. 8. Datangnya dari Allah Swt.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 147;
الْحَقُّ مِن رَّ‌بِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِ‌ينَ
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. Al-Baqarah [2]: 147).
Selama kebenaran itu datang dari Allah Swt, kita tidak perlu merasa ragu. Kita harus yakin, bahwa ketentuan itu adalah benar. Kita harus pegang teguh dan memperjuangkannya, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Tetapi kalau kebenaran itu hasil kerja manusia. Atau produk manusia, bisa kita mempercayai – selama mengacu kepada ketentuan Allah Swt. Sebaliknya, kalau produk itu tidak mengacu pada aturan Allah Swt, kebenaran itu bisa salah dan menyesatkan.
Firman Allah Swt;
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
…barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS. Al Maaidah [5]: 45).
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kebenaran harus dipegang teguh. Jangan sampai dilepaskan. Memang, Rasulullah Saw pernah bersabda dalam sebuah hadits; bahwa memagang Islam (kebenaran) itu bagai menggenggam bara api. Sangat panas, dan ingin melepas karena saking panasnya.
Orang yang tetap memegang kebenaran akan mendapat berbagai keuntungan. Hidupnya menjadi tenang; tidak khawatir dalam sikon apapun; hidupnya bertabur berkah; keluarga menjadi sehat wal afiat; selamat di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, bagaimanapun keadaannya, kebenaran harus dipegang teguh. Kebenaran harus dikatakan benar. Kebenaran harus dijalankan.
Rasulullah Saw bersabda:
قُلِ الْحَقَّ وَلَوْ كَانَ مُرًّا – رواه إبن حبا
Katakanlah  kebenar itu, walau pahit. (HR. Ibnu Hibban)
Dari hadits tadi dapat diambil pengertian, bahwa yang benar itu adalah benar. Jangan sampai yang benar dikatakan salah. Begitu pula sebaliknya. Jangan yang salah dikatakan benar. Dan, yang benar dikatakan salah. Itu namanya memutarbalikkan fakta. Itu namanya membohongi. Itu namanya membodohi – umat. Jangan diputarbalikan seperti itu. Jangan mencapuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan.    Mari kita perhatikan peringatan Allah Swt sebagai berikut:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]: 42).
Begitu kerasnya Allah memberi peringatan kepada umat manusia – untuk tidak mencapuradukkan kebenaran dengan kebatilan. Tujuannya, agar umat manusia tidak menjadi zhalim. Karena, dampak mencapuradukkan kebenaran dan kebatilan – adalah zhalim, sesat.
Allah telah menegaskan di dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 145 sebagai berikut;
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم مِّن بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ إِنَّكَ إِذًا لَّمِنَ الظَّالِمِينَ
…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka (mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan) setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu – kalau begitu – termasuk golongan orang-orang yang zalim. (QS. Al Baqarah [2]: 145)
Begitulah akibat orang yang suka mencapuradukkan antara kebenaran dengan kebatilan, dia tergolong zhalim, sesat. Dia meletakkan sesuatu tidak proporsional. Dia meletakkan sesuatu bukan pada tempaynya. Sebagai akibatnya, dia nanti juga akan ditempatkan – bukan pada tempat yang nikmat. Melainkan – tempat yang penuh dengan adzab.
Saudara-saudaraku yang saya mulyakan
Kita percaya, cepat atau lambat – kebatilan pasti akan hancur. Artinya, orang yang mengikuti kebalitan – dia pasti akan hancur. Dia pasti akan berantakan. Dia pasti akan kalah. Dan kebenaran – akan tegak. Kebenaran mesti menang. Artinya, orang yang mau memegang kebenaran – dia pasti akan mendapat kemenangan. Dia pasti akan mendapat kebahagiaan. Yang batil pasti akan lenyap.
Mari kita perhatikan firman Allah swt di dalam Al Qur’an Surat Al-Israa’ ayat 81 sebagai berikut;
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. (QS. Al Israa’ [17] :81)
Ada kalanya orang yang benar itu bisa kalah di dunia. Dia terkalahkan. Dia terpinggirkan – oleh kepentingan tertentu. Sehingga, terkesan dia sebagai orang yang bersalah. Ingat peristiwa Nabi Yusuf ketika dituduh menodai isteri penguasa Mesir, Al Aziz. Lalu Nabi Yusuf dipenjara. Padahal utusan Allah itu tidak bersalah. Opini masyarakat, Nabi Yusuf berbuat salah – karena faktanya diputar balikkan oleh penguasanya.
Tetapi, seseorang yang mendapat perlakuan seperti itu – dia akan mendapat kemenangan di hari akhir nanti. Dia akan diadili oleh Hakim Yang Maha Hakim dalam sidang pengadilan Yang Maha Tinggi di akhirat nanti. Dia akan dibela oleh para malaikat yang menjadi saksi. Para saksi itu tidak bisa disuap. Mereka akan bicara sesuai dengan apa yang disaksikan di dunia dahulu. Di sini, yang benar – akan menang. Yang salah salah – akan kalah. Tidak bisa direkayasa persidangan itu. Sidang akan berjalan – sesuatu dengan kenyataan dan fakta yang ada. Itulah persidangan Yang Maha Adil. Tak ada bandingannya. Berbahagialah kaum yang selalu memegang keadilan. Dan menanglah kaum yang selalu mempertahankan kebenaran.
Demikianlah khutbah singkat ini. Semoga bermanfaat.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ اْلأمِنِيْنَ  وَأَدْخَلَنَا فِى جَنَّاتِ النَّعِيْمِ  وَنَفَعَنَا بِهِ مِنَ اْلأيَاَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ  اِسْتَجِب لَنَا أمِيْن  يَا مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ.اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. وَأَطِيْعُوْااللهَ وَأَطِيْعُوْاالرَّسُوْل فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَى رَسُوْلِنَاالْبَلغُ  الْمُبِيْنُ.
                                           
SUMBER : Kumpulan Khutbah Jum'at Masjid Nur Hidayah (Tanah Mas) 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Khutbah Jum’at :( HAKEKAT KEBENARAN)"

Post a Comment

الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)