KHUTBAH JUM'AT : MATEMATIKA KEHIDUPAN & HIKMAH DI BALIK BENCANA
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ اْلأَكْبَرِ، خَلَقَ الْكَوْنَ وَدَبَّرَ، خَلَقَ
اْلإِنْسَانَ ثُمَّ أَمَاتَهُ ثُمَّ أَقْبَرَ، وَأَرْسَلَ الرُّسُلَ وَأَخْبَرَ،
وَأَنْزَلَ الْقُرْآنَ الْكَرِيْمَ فِيْهِ الْعِظَاتُ وَالْعِبَرُ، فَهَدَى
وَأَحَلَّ وَأَمَرَ، وَنَهَى وَحَرَّمَ وَزَجَرَ، فَقَالَ فِيْ سُوْرَةِ
الْعَصْرِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ،
وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ
الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ
الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ،
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ
وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ
أَثَرٍ…..
Hadirin
Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Marilah kita mrningkatkan taqwa kita kepada Alloh SWT dengan
sebenar-benar taqwa. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya perhiasan yang paling mulia
bagi seorang muslim ialah pakaian taqwa. Oleh karena itu, taqwa haruslah
menjadi sikap hidup bagi pribadi seorang muslim yang merupakan manifestasi
imannya dalam menjalani kehidupan di dunia.
Berbicara
tentang kehidupan, rata-rata umur manusia yang hidup di zaman sekarang ini berkisar
antara 60 s/d 70 tahun saja, Jikapun ada yang lebih dari itu masih hidup maka
merupakan suatu bonus umur dari Allah. Sekarang kita samakan saja
rata-rata manusia meninggal plus minus di usia 65 tahun.
Adapun kita
mulai baligh, yaitu awal dari seorang anak manusia mulai di perhitungkan amal
baik atau buruknya selama hidup umumnya bagi laki-laki adalah 15 tahun
dan wanita 12 tahun. (samakan
saja 15 th)
Sekarang,
mari kita mencari waktu yang ada atau tersisa bagi kita untuk beribadah pada
Allah. Kita gunakan saja rumus matematika sederhana : Umur rata-rata kematian dikurangi umur Awal Baligh.
Jika
rata-rata umur seseorang meninggal pada usia 65 tahun dikurang 15 tahun saat
awal ia baligh maka waktu yang tersisa adalah 50 tahun. Apa dan bagaimana
perilaku kita selama 50 tahun masa hidup itu?
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Jika kita
kalikan lagi angka 50 tahun dengan 365 hari/tahunnya maka diperoleh angka
18.250 hari. Nah angka 18.250 hari ini dikurang dengan waktu tidur kita selama
8 jam anggap saja. Maka 18.250 hari dikali dengan 8 jam = 146.000 jam atau
sekitar 16 tahun lebih 7 bulan atau kita bulatkan menjadi 17 tahun.
Jadi dalam
rentang waktu kita mulai baligh di usia 15 tahun sampai usia kita meninggal di
65 tahun, ada waktu 17 tahun yang hanya digunakan untuk tidur saja. Angka ini
belum ditambah dengan jumlah jam yang sering kita pakai pula untuk tidur siang
misalnya. Subhanallah.
Dalam 50
tahun waktu hidup kita pasca baligh yang habis dipakai aktivitas adalah 18.250
hari x 12 jam (yaitu waktu di mana siang hari biasanya kita kerja, sekolah,
kuliah, berdagang, memasak dan sebagainya) maka diperoleh angka 219.000 Jam
atau = 25 tahun
Belum lagi
dikurangi dengan waktu kita yang biasanya digunakan untuk bersantai, istirahat
sambil menonton televisi, bercanda sesama teman dan sejenisnya plus minus
4 jam. Maka total dalam 50 tahun waktu yang dipakai untuk
rileksasi tadi adalah 18.250 hari x 4 jam= 73.000 Jam atau selama 8
tahun.
Alhasil, jamaah Jumat sekalian, selama 50 tahun
masa hidup kita pasca baligh, ada angka 17 tahun lamanya kita tidur + 25
tahun untuk beraktivitas di siang hari + 8 tahun untuk sekedar rileksasi dan
mencari hiburan diperolehlah angka 50 tahun.
Jadi umur
kita 50 tahun setelah dipotong masa baligh impas saja. Lalu jika usia 50 tahun
ini tidak kita gunakan untuk beribadah kepada Allah, sebagai bentuk iman dan amal shaleh kita kepada Allah, maka kita benar-benar berada dalam kerugian seperti firman
Allah di dalam surat Al-Ashr. ,
ayat 1-3: ……..
Subhanallah, firman Allah bisa
dibuktikan secara matematika. Sangat ilmiah sekali.
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Tidak salah
sebenarnya ketika kita berargumen bahwa kita saat ini sedang sekolah dan
mencari ilmu, bukankah itu juga ibadah? Tidak salah pula ketika ada yang
berkata kita bekerja untuk menafkahi anak istri dan ini pun ibadah. Dan
argumen-argumen lain sejenis itu. Tapi
sekarang, apakah benar niat kita ketika sekolah, bekerja, memasak, melahirkan,
mengajar dan melakukan berbagai profesi lainnya itu sudah diniatkan untuk
ibadah ? Bukankah kita sendiri sering berkata: saya sekolah
agar pintar, dapat ijazah dengan angka yang bagus di sana, lalu saya bisa
bekerja dan dapat posisi bagus pula di perusahaan tertentu, Nikah punya anak
cucu. Bukankah niat seperti ini yang justru sering terlintas dalam pikiran
kita?Mana niat ibadahnya?
Makanya,
tidak usah heran bila sekarang ini banyak terjadi korupsi di mana-mana,
penggunaan narkoba oleh siapa saja serta hal-hal buruk lainnya. Niat kita sudah
bukan pada titik ibadah lagi. Kita sekolah untuk dapat ijazah, kita bekerja
untuk mencari harta, kita mempunyai jabatan untuk dipandang orang lain,
kita memakai kendaraan agar dihormati oleh orang lain dan bahkan kita shalat,
zakat serta berhaji pun agar dianggap orang hebat dan alim.Na’udzubillahi
mindzalik.
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Mari kita
jujur pada diri kita sendiri, seberapa seringkah kita membaca bismillah saat
hendak berangkat kerja ke kantor, berjalan menuju sekolah atau pasar? Jawabnya secara umum pasti kita pernah membaca basmalah di waktu-waktu
tersebut, tapi sesekali, tidak setiap kali. Itulah fenomena diri kita sendiri
yang selalu dipengaruhi oleh unsur fujuraha, yaitu sifat jahat yang sering
mendominasi hidup kita sehari-hari. Sewaktu mendengar ceramah atau khutbah, air
mata kita berlinang, tetapi ketika kaki kita melangkah keluar dari tempat
ceramah itu, kita silau dengan gemerlap dunia.
Maka jangan
heran bila banjir besar melanda Jakarta, jangan heran bila peperangan di Timur
Tengah seakan tidak pernah berhenti. Jangan heran banyak doa-doa kita yang
tidak terkabulkan. Jangan heran bila semakin banyak para penyesat bermunculan.
Ternyata kita sendiri ikut menjadi penyebabnya. Kita sering lalai dalam
menggunakan waktu yang ada.
Seringkali
kita merasa cukup dengan hanya mengerjakan shalat 5 waktu, kita beranggapan
dengan mengerjakan shalat-shalat tersebut maka pahala kita bertumpuk. Pernahkah
kita berpikir bahwa shalat yang sudah kita kerjakan belum tentu diterima di
sisi Allah? Pernahkah kita berpikir bagaimana bila tidak satupun shalat kita
selama ini diterima-Nya?
Sekali lagi,
sudah berapa kalikah kita shalat secara terburu-buru sehingga tidak jelas apa
yang dibaca? Berapa seringkah kita shalat diakhir waktu? Berapa seringkah kita
shalat dengan rasa malas, ujub ataupun terpaksa?
Hadirin Jama’ah Jum’at Rahimakumullah,
Rasanya
tidak hanya sekali dua kali bencana terjadi di negeri ini. Mulai dari banjir
bandang, semburan lumpur, tanah longsor, gunung meletus, Kebakaran, gempa bumi,
sampai tsunami. Semuanya silih berganti melanda negeri ini.
Mengapa
bencana demi bencana senantiasa melanda? Para ilmuwan barangkali memiliki
alasan-alasan ilmiah yang bisa menjelaskan rawannya negeri kita akan bencana.
Namun apapun itu, kita harus percaya bahwa semua bencana tersebut tidak
terlepas dari kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya dengan izin Allah
sajalah semua bisa terjadi.
Menyikapi
terjadinya berbagai macam bencana, janganlah sekali-kali kita berburuk sangka
kepada Allah. Dia tidak akan sekali-kali berbuat zhalim kepada hamba-hamba-Nya.
Setiap yang Allah kehendaki pasti penuh dengan hikmah dan kebijaksanaan.
Apalagi terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin, Allah pasti selalu memberikan
yang terbaik, meski seringkali hal tersebut dianggap tidak menyenangkan.
وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن
تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ
تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
Mengetahui”. (Al-Baqarah: 216)
Sebaliknya,
yang harus senantiasa kita lakukan setiap kali ditimpa bencana adalah bersabar.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ
الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ
إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ
رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ
وَرَحْمَةٌ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh
akan kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah kabar gembira kepada
orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: ’Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kami
adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali)’. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)
Ketika
bencana telah terjadi, salah satu hal penting yang harus kita lakukan adalah
melakukan introspeksi diri. Bagaimanapun juga, segala macam bencana tidak
terlepas dari tingkah pola kita juga. Dalam hal ini, kita hendaknya memahami suatu
bencana baik sebagai peringatan, ujian, maupun azab sekalipun dari Allah
Subhanahu wa Taala.
Karena itu,
marilah kita semua tanpa kecuali menghitung diri. Sudah seberapa taatkah kita
kepada Allah? Apakah kita selama ini telah menaati aturan-aturan Allah? Ataukah
sebaliknya kita gemar menerjang larangan-larangan-Nya?
Marilah kita
semua kembali kepada Allah, bertaubat kepada-Nya. Marilah kita sesali segala
perbuatan buruk yang selama ini kita lakukan, dan kita berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Jangan sampai kita malah berbuat sebaliknya, yakni
melakukan kesalahan demi kesalahan tanpa henti, seolah-olah tidak peka dengan
peringatan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mudah-mudahan apa yang saya sampaikan pada kesempatan khutbah kali ini,
bermanfaat bagi kita semua.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرّحِيْمِ .
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT : MATEMATIKA KEHIDUPAN & HIKMAH DI BALIK BENCANA "
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)