KHUTBAH JUM'AT ( Kedudukan Amanah di dalam Islam )
Kedudukan Amanah di dalam Islam
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ حَمْدَ الشَاكِرِيْنَ ، وَأُثْنِيْ عَلَيْهِ سُبْحَانَهُ ثَنَاءَ
المُنِيْبِيْنَ اَلذَّاكِرِيْنَ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِلَهَ الْأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ وَقُيُوْمُ
السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِيْنَ وَخَالِقِ الخَلْقِ أَجْمَعِيْنَ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى
وَحْيِهِ وَمُبَلِّغِ النَّاسَ شَرْعَهُ ؛ فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا
المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ، اِتَّقُوْا اللهَ
فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ
وَدُنْيَاهُ .
Ma’asirol
Muslimin Rohima kumullah
Perama-tama marilah kita senantiasa bersyukur
kepada Allah SWT. Atas segala rahmat, anugrah dan petunjuk-Nya, sehingga kita
dapat menunaikan sholat jum’at bersama-sama di masjid yang mulia ini.
Selanjutnya melalui mimbar khutbah ini saya berwasiat kepada diri saya sendiri
dan hadirin sekalian, mai kita selalu meningkatkan iman dan taqwa kita kepada
Allah SWT. Dengan memenuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.mudah-mudahan
kita mendapat kekuatan lahir dan bathin, sehingga mampu melengkapi
kekuragan-kekurangan kita masing-masing selama mengabdi kepada Allah SWT dengan
banyak melakukan ibadah kepada Allah SWT.
Ketahuilah kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Amanah adalah suatu tanggung jawab dan kewajiban yang besar yang
diemban oleh manusia dalam kehidupan. Manusia adalah hamba yang Allah adakan
setelah sebelumnya tidak ada , lalu Allah berikan kepada mereka amanah dan
manusia menerimanya. Amanah tersebut diberikan beserta dengan segala
konsekuensinya yang besar.
Ma’asirol
Muslimin Rohima kumullah
Sesungguhnya amanah adalah sesuatu yang besar dan memiliki
kedudukan yang agung. Wajib bagi hamba Allah untuk memperhatikan dan menjaga
hak-haknya, mengetahui kedudukannya, dan berupaya untuk mewujudkan dan
merealisasikannya. Banyak dalil, baik dari Alquran maupun sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang
kedudukan amanah dan balasan yang akan didapatkan di dunia dan akhirat bagi orang
yang menjaganya dan adzab bagi mereka yang menghianatinya.
Allah SWT
berfirman,
283. Jika kamu dalam perjalanan (dan
bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang).
akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian.
dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[180] Barang tanggungan (borg) itu
diadakan bila satu sama lain tidak percaya mempercayai.
÷bÎ*sù z`ÏBr& Nä3àÒ÷èt/ $VÒ÷èt/ Ïjxsãù=sù Ï%©!$# z`ÏJè?øt$# ¼çmtFuZ»tBr& È,Guø9ur ©!$# ¼çm/u 3
Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipecayai tu
menunaikan amanahnya. Dan hendaknya ia bertaqwa kepada Allah Tuhan-Nya ( Q.S.
Al-Baqoroh ayat : 283
“Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya.” (QS. Al-Baqarah:
283)
Firman-Nya yang lain,
إِنَّا عَرَضْنَا
الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ
يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ
ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab:72).
Dalam surat An-Nissa ayat 58 berikut ini
إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan amanah
adalah sifat orang-orang yang beriman,
وَالَّذِينَ هُمْ
لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ
“Dan
orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS.
Al-Mukminun: 8)
Kemudian
di ayat 10 dan 11 nya Allah menyebutkan,
أُولَٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ.
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan
mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Mu’minun: 10-11)
Dalam surat yang lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ
مُكْرَمُونَ
“Mereka
itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (QS. Al-Ma’arij: 35)
Kesudahan yang terpuji dan akhir yang bahagia adalah bagi mereka
yang menunaikan dan menjaga kedudukan amanah.
Setelah itu, Allah menyebutkan bahwa menyia-nyiakan amanah adalah
di antara sifat orang Yahudi.
Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ
تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ
قَائِمًا
“Dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu
menagihnya.” (QS. Ali Imran: 75)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa tidak menunaikan janji yang hal itu termasuk
amanah adalah sifat dari orang-orang munafik. Di dalam hadits yang shahih dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
آيَةُ الْمُنَافِقِ
ثَلَاثٌ : إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ
خَانَ
“Tanda orang munafik itu ada tiga: (1) Apabila berkata ia
berudsta, (2) apabila ia berjanji ia mengingkari, dan (3) apabila diberi amanah
ia berkhianat.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam juga menyebutkan bahwa amanah bagian dari keimanan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَااِيْمَانَ لِمَنْ لَااَمَانَةَ
لَهُ
“Tidak
ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah.”
Dua hadits ini menunjukkan betapa besarnya amanah itu, amanah
adalah bagian dari keimanan. Tiap kali seseorang berusaha menjaga amanah, saat
itu pula semakin bertambah keimanannya. Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan
amanah, berkurang pulalah keimanannya sekadar kurangnya ia menjaga amanah.
Hadirin Rohimakumullah
Di antara ayat Alquran yang menunjukkan betapa besar dan agungnya
kedudukan amanah di dalam Islam adalah sebuah ayat di akhir surat Al-Ahzab,
إِنَّا عَرَضْنَا
الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ
يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ
ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)
Renungkanlah ayat ini wahai hamba Allah.
Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam
ayat yang mulia ini bahwa Dia menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan
gunung-gunung. Allah tawarkan kepada mereka untuk memilih. Dan mereka memilih
untuk tidak menerima tawaran tersebut. Gunung menolaknya, langit menolaknya,
demikian juga bumi enggan mengemban amanah tersebut, bukan karena mereka tidak
mau menerima ganjaran yang besar bagi pengemban amanah! Akan tetapi mereka
takut dan khawatir dengan besarnya tanggung jawab dari amanah tersebut. Mereka
khawatir kalau nanti malah menghianatinya. Lalu amanah itu diemban oleh
manusia, dan manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Dengan sifat amat zalim dan
amat bodoh, manusia menyanggupi mengemban amanah dan menanggung segala konsekuensinya.
Konsekuensi bagi orang yang amanah adalah
mendapatkan pahala dari sisi Allah SWT
di
dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang menyia-nyiakannya dia akan
mendapatkan siksa yang layak bagi orang yang menyia-nyiakan amanah baik di
dunia maupun di akhirat. Manusia berani mengemban amanah dengan sifat mereka yang amat
zalim dan amat bodoh. Setiap orang mengemban amanah dalam kehidupannya. Dan
AllahJalla wa ‘Ala akan meminta
pertanggung-jawaban atas hal itu ketika mereka nanti berjumpa dengan Allah.
Ma’asirol Muslimin Rohimakumullah
Apabila kita melihat manusia dalam mengemban amanah dan bagaimana
mereka merealisasikannya, kita akan mendapatkan 3 macam tipe manusia dalam
mengemban amanah:
Pertama, Mereka yang secara tampak
penglihatan manusia adalah orang yang memegang amanah namun secara batin mereka
adalah orang yang menyia-nyiakannya. Merekalah orang-orang munafik menampakkan
sesuatu yang berbeda dengan batin mereka dan mencitrakan diri dengan sesuatu
yang berbeda dari apa yang mereka rahasiakan.
Saat mereka datang menemui orang-orang yang
beriman, mereka kesankan diri mereka adalah orang yang beriman, amanah, jujur,
dan menunaikan janji, mereka tampakkan hal itu karena takut kehilangan tempat
di sisi orang-orang yang beriman. Sebaliknya apabila mereka bertemu orang-orang
kafir, mereka tampakkan kekufuran mereka.
Mereka inilah yang senantiasa berkamuflase menampakkan keimanan
dan menyembunyikan kekufuran, menampakkan sesuatu yang berbeda dari keyakinan.
Secara zahir, orang memandangnya sebagai orang yang amanah, padahal di dalam
hatinya terdapat makar, tipu daya, dan pengkhiantan.
Sebenarnya mereka ini menipu diri mereka sendiri. Mereka sangka
mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal hakikatnya mereka
tipu diri mereka sendiri, mereka membuat makar dan kebinasaan yang hakiki untuk
diri mereka di dunia dan akhirat.
Kedua, Mereka yang tidak amanah
baik secara zahir maupun batin. Mereka ini adalah orang-orang kafir. Zahir dan
batin mereka sama, menampakkan kekufuran kepada Allah, menentang agama-Nya, dan
jauh dari syariat-Nya.
Ketiga, Orang-orang yang beriman
yang mengemban amanah dan menunaikannya. Bersungguh-sungguh sekuat tenaga
mewujudkannya. Mereka adalah ahlul iman dan ahlul karamah di dunia dan akhirat.
Hadirin kaum muslimin rohima kumullah
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat
sebelumnya, tatkala ditawatkan amanah kepada langit, bumi, dan gunug-gunung,
mereka menolaknya karena khawatir akan mengkhianatinya. Adapun manusia ketika
ditawarkan amanah, mereka menyanggupinya. Setelah itu, di ayat berikutnya,
Allah jelaskan tentang pembagian manusia dalam mengemban amanah:
لِيُعَذِّبَ اللَّهُ
الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ وَيَتُوبَ
اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah
menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 73).
Allah menyebutkan kelompok manusia dalam permasalahan amanah: (1)
kelompok yang diadzab, merekalah orang-orang munafik dan orang-orang musyrik,
(2) kelompok yang diberi nikmat, merekalah orang-orang yang beriman.
Semoga Allah menjadikan saya dan Anda semua termasuk kelompok
orang-orang yang beriman yang diberi nikmat tersebut.
Hadirin kaum muslimin Rohima kumullah
Amanah dilihat dari sisi kepada siapa dia ditunaikan dan apa saja
cakupannya dijelaskan oleh ayat berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)
Ayat ini menjelaskan bahwa amanah ditinjau dari sisi kepada siapa
dia ditunaikan dan apa saja cakupannya dapat dibagi menjadi tiga bagian:
Pertama, amanah yang kaitannya dengan
hak
Allah Tabaraka wa Ta’ala atas para hamba-Nya.
Allah Jalla wa ‘Ala memberi amanah kepada
semua manusia, termasuk kita, agar menjaga hak-hak-Nya. Allah menciptakan kita
agar kita hanya beribadah kepada-Nya, memerintah, dan melarang kita. Allah tidak
menciptakan kita sia-sia, tanpa diperintah dan dilarang. Dia menicptakan kita
untuk suatu tujuan yang terpuji dan agung yaitu beribadah hanya kepada-Nya dan
mengimani segala yang datang dari-Nya. Jadi, mentauhidkan Allah adalah amanah
dan berbuat syirik adalah khianat.
Amanah yang paling besar yang Allah embankan kepada kita adalah
tauhid. Dan pengkhiantan yang paling besar dari amanah Allah adalah syirik.
Barangsiapa yang menegakkan hak-hak Allah Jalla
wa ‘Ala, mengikhlaskan agama hanya untuknya, menjalankan
perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dan berhati-hati dari
syirik, maka dia telah menunaikan amanah kepada Alla Jalla
wa ‘Ala.
Pengetahuan kita tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah,
pengetahuan tentang keagungan dan kebesaran-Nya, pengetahuan tentang
kekuasaan-Nya, pengetahuan tentang betapa sempurna kebijaksanaan-Nya, itu
adalah bentuk menunaikan amanah keapda Allah Ta’ala.
Kedua, amanah dalam
menunaikah hak-hak rasulullah saw
Di antara hak Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah mencintai beliau. Cinta di sini adalah mencintai beliau
lebih dari diri sendiri, orang tua, anak, dan orang selainnya. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ
“Tidak (sempurna) keimanan salah seorang di antara kalian sampai
aku lebih dia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.”
Ketikta Umar radhiallahu
‘anhu berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ
لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي
“Wahai Rasulullah, sungguh engkau paling aku cintai dari segala
sesuatu kecuali diriku”.
Lalu Rasulullah shallallahu menanggapi,
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
حَتَّى أَكُونَ عِنْدَهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ
“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai aku
menjadi orang yang paling dia cintai, termasuk dari dirinya sendiri”.
Umar menjawab,
فَلَأَنْتَ الْآنَ
وَاللَّهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي
“Sekarang, demi Allah, Anda yang paling saya cintai termasuk dari
diri saya sendiri”.
Beliau menjawab,
الْآنَ يَا عُمَرُ
“Sekarang wahai Umar (imanmu sempurna).” Di
antara bentuk amanah terhadap hak Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangannya, membenarkan apa yang beliau kabarkan, memuliakannya tanpa berbuat
ghuluw kepada beliau. Inilah amanah yang kita emban terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga, amanah yang berkaitan
dengan hak sesama manusia.
Di sini terkandung juga amanah kepada orang tua, anak, tetangga,
amanah dalam perdagangan, pegawai, dan petugas keamanan. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mempertanyakan
tentang orang-orang yang mendapatkan salah satu atau semua hal di tadi. Dalam
sebuah hadits yang shahih Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam besabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab
atas kepemimpinannya.”
Hadirin sekalian yang berbahagia
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa
amanah itu tidak hanya terkhusus pada satu bidang saja seperti yang
disangkakakn banyak umat Islam yang awam. Mereka menyangka amanah
itu hanya terbatas pada hak sesama. Tidak demikian. Amanah itu lebih besar dari
itu. Ia berhubungan dengan hak Allah, Rasulullah, kemudian sesama manusia. Oleh karena itu,
tunaikanlah amanah kepada masing-masing yang berhak. Yakinlah! AllahSubhanahu wa Ta’ala akan menanyakan kepada
kita perihal amanah ini di hari ketika kita berdiri di hadapan-Nya kelak.
يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ
لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun
dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18)
Bertakwalah kepada Allah selama kita diberi kesempatan untuk
beramal. Tunaikanlah amanah pada tempatnya masing-masing. Mohonlah pertolongan
kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam menunaikannya.
Sesungguhnya Dialah sebaik-baik Penolong dan Pelindung.
Ya Allah, tolonglah kami dalam menunaikan amanah-amanah yang
berkaitan dengan hak-hak-Mu, hak-hak Rasul-Mu shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan hak-hak hamba-hamba-Mu yang beriman.
Ya Allah, janganlah Engkau serahkan kami kepada diri kami sendiri
walaupun sekejap mata. Ya Allah berilah kami taufik untuk menunaikan amanah
wahai Rabb semesta alam. Ajarkanlah kami dalam menunaikan agar sesuai dengan
apa yang Engkau ridhai. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang
amanah.
أَقُوْلُ مَا
تَسْمَعُوْنَ وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT ( Kedudukan Amanah di dalam Islam )"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)