KHUTBAH JUMAT ( Surga dan Neraka: Buah Tanaman Dunia )
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ
بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ
الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته
ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون. وقد قال الله تعالى فى القرأن الكريم أفمن شرح الله صدره
للاسلام فهو على نور من ربه
Ma’asyiral
muslimin Rahimakumullah
Ahamduillah
pada hari ini kita masih diberi nikmat untuk bersama-sama menjalankan ibadah
bertemu dalam shalat jum’at berjama’ah. Marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita
kepada Allah swt. semoga ketaqwaan itu bisa menyelematkan kita dari api neraka
dan memposisikan kita di dalam surag. Rasulullah saw pernah bersabda dalam
hadits-nya yang berbunyi:
إِنَّ الْجَنَّةَ حُفَّتْ
بِالْمَكَارِهِ وَإِنَّ النَّارَ حُفَّتْ بِالشَّهَوَاتِ
“Sesungguhnya
surga itu dikepung oleh segala kemakruhan (hal yang dinistakan agama) sedangkan
neraka dikelilingi oleh syahawat (hal-hal yang menyenangkan manusia)."
Arti
kata dikepung (huffat) adalah terhalang. Sebagaimana sebuah perkampungan yang
tekepung banjir. Karena itu, untuk sampai pada perkampungan tersebut, seseorang
harus berani menerjang banjir. Demekian juga dengan surga. Mereka yang
menginginkannya harus siap melawan berbagai kemakruhan. Yang dimaksud dengan
kemakruhan adalah segala hal yang dianggap buruk dan dibenci oleh syariat.
Begitu
pula sebaliknya, posisi neraka dalam hadits di atas dikelilingi dengan berbagai
kesenangan. Barang siapa yang kesehariannya selalu bersenang-senang tanpa
mempedulikan aturan syariat, sungguh dia telah berada sangat dekat dengan
neraka.
Apa
yang disampaikan oleh Rasulullah dalam hadits ini sangatlah mudah difahami.
Apalagi untuk orang dewasa. Namun, sayangnya seringkali pemahaman itu hanya
berhenti sebagai pengetahuan dan tidak ditindak lanjuti sebagai amalan.
Sehingga seringkali orang mengaku takut dengan api neraka serta siksa-siksa di
dalamnya, tetapi masih saja bergelut dalam kesenangat syahwat yang terlarang.
Begitu pula sebaliknya banyak orang yang mengaku merindukan surga, ingin segera
bersanding dengan bidadari. Tetapi tidak senang dengan amal-amal saleh dan
kebajikan-kebajikan anjuran agama.
Sebuah
kisah dari Rasulullah saw yang berhubungan erat dengan hadits ini sebagaimana
dinukil dalam kitab Sirajut Thalibin karya Kiai Ihasan Jampes sebagaimana
diriwayatkan imam Tirmidzi bahwa suatu ketika Rasulullah saw bercerita “ketika
Allah swt telah menjadikan surga diperintahkanlah Jibril untuk melihatnya,
sambil berkata “Jibril lihatlah surga dengan segala fasilitas yang
Ku-persiakkan untuk penghuninya“. Segeralah Jibril menengok surga dengan segala
perlengkapannya. Kemudian kembali menghadap dan berkata “demi kemuliaan-Mu,
semua orang yang pernah mendengar kata surga pasti akan memasukinya” kemudian
Allah memerintahkan untuk memagari surga dengan kemakruhan. Setelah itu, Allah swt kembali mengutus Jibril
untuk melihatnya “sekarang kamu lihatlah surga itu kembali (lengkap segala
fasilitas untuk penghuninya)” maka berangkatlah Jibril, kemudian ia kembali
menghadap dan berkata “demi kemuliaan Dzat-Mu aku khawatir tidak ada seorangpun
yang dapat memasukinya. “Sekarang pergilah kau ke neraka dan lihat segala macam
siksaan yang ada di dalamnya” perintah Allah kemudian kepada Jibril. Ia pun
berangkat dan kembali menghadap seraya berkata “demi kemuliaan-Mu ya Allah,
hamba yakin tak seorangpun yang pernah mendengar cerita neraka mau
memasukinya”. Maka Allah segera menghiasi neraka dengan berbagai kesenangan.
Dan kembali berkata pada Jibril “sekarang tengoklah kembali neraka” Jibrilpun
berangkat dan segera kembali melapor “ Ya Allah, demi kemuliaan-Mu aku khawatir
tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari neraka-Mu”
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Demikianlah
Allah sengaja membuat pagar untuk surga sebagai ujian bagi mereka yang
menginginkannya. Dan Allah perindah neraka dengan berbagai asesoris yang terbuat
kesenangan-kesenangan sebagai cobaan manusia.
Karena
itu pada hadits selanjutnya Rasulullah saw menggarisbawahi:
ألا إِنَّ الْجَنَّةَ
حُزْنٌ بِرَبْوَةٍ اَلَا وَإِنَّ النَّارَ سَهْلٌ بِسَهْوَةٍ
“Bahwa
surga adalah sesuatu yang sulit di raih bagai berada di tempat yang tinggi.
Sedangkan neraka adalah sesuatu yang mudah
bagai berada di tanah yang rendah”
Begitulah
keadaan sebenarnya. Selanjutnya terserah pribadi kita masing-masing. Apakah
kita inginkan surga atau menyerahkan diri kepada neraka.
Imam
Ghazali pernah menerangkan menyambung keteragan hadits di atas dalam Minhajul
Abdidn. Bahwa kini (pada masa al-Ghazali) manusia sungguhlah amat lemah,
sedangkan kehidupan semakin kompleks. Pengetahuan agama semakin menipis, adapun
kesempatan ibadah semakin menyusut. Kesibukan semakin mendesak, umur semakin
berkurang dan amal ibadah terasa makin berat.
Bukankah
hal semakin terasa pada zaman sekarang. Manusia sangat lemah, kemauan manusia
semakin hari semakin pupus. Yang diinginkan hanyalah segala yang serba cepat
dan instan. Tidak ada usaha serius yang ada hanyalah ketergantungan yang
semakin tinggi. Ketergantungan dengan gadget, dengan alat komunikasi, dengan
mesin ATM dengan segala macam peralatan tehnologi. Hal ini semakin melemahkan
manusia sebagai individu. Manusia kini tidak berani menghadapi kehidupan tanpa
tetek-bengek tersebut.
Di
sisi lain kesibukan kegiatan manusia luar biasa padatnya. Sehingga waktu yang
ada hanya habis untu mengurus segala macam urusan yang disekitar. Sehingga
kesempatan beribadah semakin lenyap. Shalat lima kali saja terkadang tidak
terlaksana. Kalaupun terlaksana pengetahuan tentang ibadah itu sangat minim
sekali. Pelajaran tentang agama hanya di dapat di sela-sela waktu bekerja.
Dalam pesantren kilat, kultum di tivi atau di sela istirahat kantor, melalui
google, tanya jawab dalam media sosial. Urusan belajar agama menjadi sampingan.
Tidak terasa umur sudah senja. Ketenangan jiwa masih jauh, fisik semakin lemah
diajak beribadah. Bagaimanakah jika sudah demikian?
Jam’ah
jum’ah Rahimakumullah
Maka
yang tersisa hanya satu memohon kepada Allah swt agar dianugerahi taufiq dan
hidayah. Semoga Allah swt melimpahkan cahaya untuk hambanya. Sebagakimana yang
difirmankannya:
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ
صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ فَهُوَ عَلَىٰ نُورٍ مِّن رَّبِّهِ
Maka
apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam
lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya
Artinya,
apapun yang terjadi ketika Allah swt telah menghendaki untuk memberikan
hidayah-Nya kepada seorang hamba, maka tidak ada satupun masalah yang tersisa.
Kemudian seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw. Bagaimanakah tanda
seseorang memperoleh cahaya hidayah-Nya? Rasulullah saw menjawab:
التَّجَافَى عَنْ دَارِ
الْغُرُوْرِ وَالْإنَابَةِ الَى دَارِ اْلخُلُوْدِ وَالاِسْتِعْدَادِ لِلمَوْتِ قَبْلَ
نُزُوْلِ الْمَوْتِ
Hamba
itu (yang memperoleh hidayah) akan undur
diri dari urusan dunia, menekuni urusan akhirat, dan mempersiapkan diri seolah
ajal akan segera datang.
Apakah
ada dalam diri kita tanda-tanda memperoleh hidayah-Nya? Marilah kita raba diri
kita masing-masing.
Demikian
khutbah jum’ah kali ini semoga bermanfaat untuk saya khususnya selaku khatib
dan jama’ah pada umumnya.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ
الرَّحِيْمُ. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِىْ خُسْرٍ اِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْ
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ
اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
SUMBER : http://www.nu.or.id
0 Response to "KHUTBAH JUMAT ( Surga dan Neraka: Buah Tanaman Dunia )"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)