KHUTBAH JUMAT ( Manjaga Diri dari Jahiliyah Modern )
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى
جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ
بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ
لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ
ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفْضلِ
اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: اقراء باسم ربك
الذى خلق خلق الانسان من علق اقراء وربك الأكرم
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Alhamdulillah
segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kenikmatan paling mahal berupa
ketaqwaan, keimanan dan keamanan. Marilah kita bersama-sama menambahkan rasa
taqwa kita kepada Allah swt. agar dalam kehidupan kita kini dan nanti selalu dianugerahi
hidayah-Nya.
Rasa
syukur juga harus dipanjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan kita
keimanan dan keamanan di Indnesia ini. Iman sebagai modal kesuksesan hidup
diakhirat dan keamanan menjadi pokok utama kehidupan di dunia. Inilah yang selalu
kita minta dalam do’a kita ‘Rabbana atina fid dunya hasanah wa fil akhirati
hasanah’.
Keimanan
dan keamanan adalah dua hal yang saling mendukung. Keamanan secara fisik
sebagaimana yang diberikan Allah swt kepada bangsa ini, harus kita sykuri
bersama. Bentuk syukur itu tertuangkan dalam usaha kita menjaga kemanan dan
selalu mengisinya dengan berbagai hal positif yang mampu mendorong nilai-nilai
keimanan kita. Oleh karena itu janganlah kita sia-siakan kondisi yang aman dan
damai ini. Marilah kita isi dengan segala kegiatan dan pekerjaan yang bersifat
ubudiyah, yaitu pekerjaan kita sertai dengan niat lillahi Ta’ala. Meskipun
kegiatan itu terlihat sangat duniawi berangkat ke kantor, berdagang di pasar
hingga kerjabakti mingguan. Semua itu bernilai ibadah dan diganjar dengan
pahala Allah swt jika diniatkan sebagai ibadah. Apalagi pekerjaan-pekerjaan
yang secara lahiriah menjadi sunnah Rasulullah saw secara otomatis pastilah
menjadi ibadah.
Diantara
karakter pekerjaan bernilai ubudiyah adalah 1) tidak melanggar norma agama, 2)
membawa kemaslahatan bersama, 3) tidak merugikan pribadi atau kelompok tertentu. Inilah makna lain dari ahlussunnah wal
jama’ah yaitu beramal sesuai dengan sunnah dan juga mempertimbangkan
kepentingan bersama. Tidak mementingkan diri sendiri, kelompok atupun golongan.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Demikian
hubungan antara keamanan dan keimanan. Bayangkan bagaimanakah nasib saudara
kita yang ada di Suriah dan Irak, dapatkah mereka beribadah dengan tenang?
shalat jum’at dengan nyaman? Apabila di luaran sana saudara-saudara yang
mengaku se-agama mengancam keamanan mereka, hanya demi kepentingan satu
kelompok saja! Sungguh di luar ahlussunnah wal jama’ah adalah kelompok-kelompok
yang tidak patut dihormati, sebagaimana mereka yang mengaku ahlussunnah wal
jama’ah tetapi tidak memperdulikan nilai-nilai kebersamaan. Na’uzdubillahi min
dzalik.
Demikianlah
kondisi Arab Jahiliyah sebelum kedatangan Islam. Mereka hidup dengan
membanggakan suku dan kelompoknya masing-masing. Mereka kaum Jahiliyah memiliki
Fanatisme yang tinggi, siapapun diluar suku mereka harus ditaklukkan. Tidak peduli
siapa yang benar dan siapa yang salah. Dalam hal keimanan masyarakat Jahiliyah
lebih suka bersekutu dengan kemusyrikan meskipun telah datang kepada mereka
wahyu ketauhidan yang dibawa oleh Nabi sebelum rasulullah saw. Mengenai hal ini
Imam Syafi’i dalam Muqaddimah kitab ar-Risalah mengklasifikasikan kelompok
Jahiliyah menjadi dua golongan.
Pertama,
mereka yang mengaku punya kitab (ahlul kitab) namun mereka telah mengubah
sebagian besar hukum-hukumnya, mengingkari nikmat dan petunjuk Allah swt di
dalamnya, serta mencampurkan kebernaran yang Allah swt turunkan dengan
kepalsuan yang mereka ada-adakan. Demikian sebagaimana Allah singgung dalam Ali
Imran ayat 78:
مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ
أَلْسِنَتَهُمْ بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ
وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَيَقُولُونَ
عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya
diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al Kitab,
supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia
bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: "Ia (yang dibaca itu datang)
dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta
terhadap Allah sedang mereka mengetahui.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
Dan
yang lebih parah dari itu, mereka suka menilai salah kepada kelompok lainnya,
bahkan mereka mengaggap yang lain kafir dan merasa dirinya paling beriman.
Padahal hati kecil mereka tahu akan kebenaran yang sejati. Tetapi hati mereka
terlanjur keras membeku dan malu untuk mengakui kebenaran kelompok lainnya.
Surat An-nisa menggambarkannya demikian:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ
أُوتُوا نَصِيبًا مِّنَ الْكِتَابِ يُؤْمِنُونَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوتِ وَيَقُولُونَ
لِلَّذِينَ كَفَرُوا هَٰؤُلَاءِ أَهْدَىٰ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا سَبِيلًا
Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al kitab? Mereka
percaya kepada berhala dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir
lainnya, bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.
Adapun
golonga kedua, adalah orang-orang yang mengingkari Allah dan membuat sesuatu
yang tidak diizinkan-Nya. Dengan tangannya sendiri dibuatnya batu dan kayu
menjadi patung. Diberinya nama-nama yang indah dan diangkatlah patung-patung
itu sebagai tuhan yang disembah. Bila mana hati mereka merasa bosan, patung
tuhan itu lalu dihancurkan dan dibuatlah patung yang baru dengan nama yang baru
pula. Demikianlah tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan jahiliyah
sebagaimana yang diwariskan oleh para pendahulu mereka, kata mereka:
وَكَذَٰلِكَ مَا أَرْسَلْنَا
مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا
آبَاءَنَا عَلَىٰ أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَىٰ آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
Dan
demikianlah, Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun
dalam suatu negeri, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu
berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu
agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka"
Para
Jama’ah yang Dirahmati Allah
Itulah
dua kelompok Jahiliyah pada masa sebelum Islam datang. Satu kelompok dengan
fanatisme tinggi disertai upaya memalsukan kebenaran, sedangkan satu kelompok
lain tenggelam dalam kemusyrikan dan penuhanan benda-benda. Benih-benih ini
tidaklah lenyap keseluruhan, malahan kini terlihat mulai bermunculan kembali
dengan bentuk lain. Jahiliyah yang muncul di zaman modern ini memiliki karakter
yang hampir sama. Fanatisme tinggi yang membuta tanpa disertai dengan ilmu.
Menyalahkan dan menganggap diri paling benar, dan tidak segan-segan melakukan
kekerasan demi kepentigan pribadi dan kelompok.
Minimnya
pengetahuan ini menyebabkan mereka selalu gagal mencapai hikmah dai sari pati
ayat-ayat al-Qur’an. Hanya dengan berbekal bacaan buku-buku terjemahan mereka
menganggap diri mereka paling benar. Kitab-kitab hadits yang begitu menumpuk
difahami melalui bahasa Indonesia. Mereka lupa bahwa hadits Rasulullah saw pada
mulanya berbahasa Arab, dan yang mereka baca dan fahami merupakan hasil pikiran
para penerjemah yang berlomba menerbitkan buku demi pasar dan uang. Dan yang
lebih mengerikan sebagain dari mereka ini faham atas kesalahnnya tetapi malu
untuk merubah haluanannya. Na’udzu billah min dzalik.
Inilah
bentuk pemalsuan kitab di zaman modern. Tidak kata dan kalimatnya yang diubah
tetapi pemahaman yang disederhanakan dan disesuaikan demi kepentingan.
Kepentingan penerbitan, perdagangan dan pasar.
Adapun
bentuk kejahiliyahan kedua yang kini sangat terasa adalah mempertuhankan
tehnologi dan materi. Bagaimana seseorang pada zaman sekarang ini tidak merasa
nyaman dan aman kehidupannya tanpa ada tehnologi. Bagaimana kegusaran seorang
pemuda yang gadgetnya tertinggal di rumah sedangkan ia dalam perjalanan. Seolah
gadget itulah yang akan menyelamatkan perjalanannya. Tehnologi dan pengetahuan
menjadi satu gantungan manusia modern yang posisinya hampir menggantikan
tuhannya. Masyallah.
Jika
demikian maka tugas mereka yang mengaku penerus Rasulullah saw pada zaman
sekarang adalah mengembalikan ketuhidan, memerangi fanatisme buta dan kembali
mentradisikan berfikir dan membaca keadaan sebagaimana diperintahkan dalam
wahyu pertama iqra’..! bismi rabbikal ladzi khalaq,..bacalah segala macam
pengetahuan dengan nama Allah swt Yang Maha Mencipta.
Demikianlah
khutbah singkat jum’at kali ini semoga kita semua mendapat petunjuk-Nya amien
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى
اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ
الرَّحِيْمُ. اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِىْ خُسْرٍ اِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْ
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ
اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
Sumber : http://www.nu.or.id.
0 Response to "KHUTBAH JUMAT ( Manjaga Diri dari Jahiliyah Modern )"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)