KHUTBAH JUM'AT ( JAUHI BERPRASANGKA BURUK )

KHUTBAH JUM'AT  ( JAUHI BERPRASANGKA BURUK )


KHUTBAH PERTAMA

اَلْحَمْدُللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُبِااللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وِمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
إيَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً
وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام  إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا 4:1
قال الله تعالى : )يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ 
(

Kaum muslimin rahimakumullah
Puji syukur hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. syukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat iman, nikmat pergantian siang dan malam dan kesehatan.
Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah iman dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Dia telah menggerakkan kita untuk melangkahkan kaki menuju masjid ini; berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at. Semoga Allah menerima amal ibadah kita sebagai ibadah.
Shalawat serta salam semoga Allah curahkan selalu kepada junjungan kami Rasulullah SAW, kepada para sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman; amin ya Robbal alamin.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah
Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali taqwa.
Tidak ada pula derajat kemuliaan yang pantas disematkan kepada seseorang kecuali derajat ketaqwaan. Dengan taqwa kepada Allah inilah kita berupaya menjalani kehidupan sehari-hari kita.
Jama’ah shalat jum’at rahimakumullah ….
Membagun komunikasi dan menjalin hubungan dengan orang lain menjadi keharusan dalam kehidupan seorang di dunia ini. Setiap muslim harus membangun komunikasi dengan orang lain untuk melaksanakan perintah Allah fastabihul hairat. Namun perlu disadari bahwa membangun hubungan yang sinergi dan harmonis tak semudah membalikkan kedua telapak tangan. Ia memerlukan ketulusan niat, kelapangan dada, dan fleksibiltas yang tinggi. Hubungan harmonis mengharuskan seseorang membersihkan hatinya dari semua penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, hasad dan lainnya. Wajah yang berseri, senyuman yang tulus dan sikap pemaaf sangat berperan besar dalam mengharmoniskan hubungan antar sesama hamba Allah Swt.
Prasangka buruk terhadap sesama termasuk batu sandungan yang besar dalam menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia seharusnya tidak diberi ruang sekecil apapun dalam hati setiap pribadi muslim. Sebab kemunculannya tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali perselisihan dan pertengkaran yang tak berujung.
Jama’ah jum’at yang berbahagia ….
Kalau memperhatikan dan merenungi realita hubungan dan komunikasi antar sesama kaum muslimin dewasa ini, pasti akan merasa bersedih dan prihatin karena hubungan komunikasi yang telah terputus dan tali persaudaraan pun telah tercerai-berai. Seluruhnya disebabkan oleh kumpulan prasangka, keraguan, kekhawatiran dan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar. Berapa banyak majlis-majlis ilmu atau pertemuan-pertemuan yang berubah menjadi majlis ghibah, materi kajiannya berpusat pada fulan mengatakan ini,.. fulan mengucapkan itu..fulan berbuat ini…. Fulan melakukan itu…semuanya hanya didasarkan pada prasangka belaka.
Bermula dari prasangka buruk, lalu berkembang menjadi tuduhan dusta, dilanjutkan dengan upaya mencari-cari kesalahan orang lain, berakhir dengan ghibah, kemudian di tutup dengan hujatan, cercaan dan makian. Allahu al musta’an, berapa banyak terminal-terminal dosa yang di ciptakan oleh prasangka buruk. Hasil yang dipetik dari prasangka buruk berupa pola komunikasi yang terbangun diatas pondasi kedustaan, serang menyerang tudingan, redupnya rasa saling percaya antar sesama, kebencian, permusuhan dan saling memboikot menjadi hal yang lumrah dan biasa, padahal kesemuanya itu menjadi factor-faktor yang melemahkan kaum muslimin dan menghilangkan wibawa mereka di hadapan ummat-ummat lain. Tidak heran jika Allah Swt mengharamkan berprasangka buruk terhadap orang lain dan menggolongkannya sebagai perbuatan dosa.
Firman Allah Swt :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
“ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang “. ( Al Hujuraat : 12 )
Ayat diatas berisi seruan bagi kaum muslimin untuk saling menjaga harga diri dan tidak memberikan peluang sedikitpun bagi prasangka buruk bercokol dalam hati. Seorang mukmin tidak pantas merobek-robek harga diri dan kehormatan orang lain hanya karena sebuah prasangka atau issu yang beredar. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Abdul Razzaq dari Abu Hurairah dalam kitab Al Mushannafnya menyebutkan etika standar yang wajib di sadari oleh setiap muslim agar tercipta sebuah masyarakat yang harmonis, Rasulullah Saw bersabda :

إياكم والظن، فإن الظن أكذب الحديث، ولا تحسسوا، ولا تجسسوا، ولا تحاسدوا، ولا تدابروا، ولا تباغضوا، وكونوا عباد الله إخوانا
“ hindarilah oleh kalian prasangka buruk, sebab ia termasuk kedustaan besar, janganlah kalian saling menyindir, saling mencari-cari kesalahan, saling memendam rasa dendam, saling berselisih, dan saling bertengkar, namun jadilah kalian orang-orang yang bersaudara “.
Sekali lagi, prasangka buruk tidak akan memberikan sesuatu yang positif walau sekecil apapun, bahkan sebaliknya ia hanya memicu lahirnya sikap permusuhan, perselisihan, memutuskan hubungan yang baik, meretakkan ikatan kekeluargaan, dan menghancurkan solidaritas dan persaudaraan sesama kaum muslimin.
Orang-orang yang mengikhlaskan dirinya menjadi korban prasangka buruk senantiasa akan terjerembab kedalam perbuatan dosa yang tak terbatas, sebab satu perbuatan dosa akan mengundang dan memaksa pelakunya untuk melakukan perbuatan dosa yang lain, hukuman akhiratnya pun akan semakin berat. Mari kita coba renungkan firman Allah Swt berikut ini :

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آَمَنُوا يَضْحَكُونَ* وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ * وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ * وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ * وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ * فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ * عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ * هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“ Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mukmin. Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan “. ( Al Muthaffifiin : 29-36 )

Ulama tafsir mengatakan bahwa : “ orang-orang yang dianggap oleh orang-orang musyrik sebagai orang-orang jahat adalah mereka yang menyatakan keislaman dan keimanan mereka, mereka menghina kaum muslimin dan menganggap mereka tidak pantas mendapatkan kenikmatan dan kebaikan dari Allah Swt. Akan tetapi di kehidupan akherat kelak, orang-orang beriman yang telah menjadi penduduk syurga diberikan kesempatan untuk membalas ejekan dan olok-olokan orang-orang musyrik dengan ejekan dan olokan yang sama.
Jama’ah jum’at yang berbahagia …..
Sebagian ulama mengatakan: “ prasangka yang wajib dihindari oleh setiap muslim adalah semua prasangka yang dialamatkan kepada seseorang yang tidak bermaksiat secara terang-terangan tanpa didukung oleh indikasi-indikasi yang kuat atau petunjuk-petunjuk hukum yang jelas. Namun bagi mereka yang membanggakan diri dengan lumuran dosa dan kemaksiatan mereka, maka prasangka buruk yang dialamatkan kepada mereka tidak termasuk prasangka yang diharamkan”.
Said ibnu Al Musayyib berkata : “ saya menulis sebuah nasehat kepada beberapa sahabat yang isinya berupa ajakan untuk menghukumi orang lain berdasarkan keadaan terbaik baginya selama tidak ada pelanggaran yang jelas, dan jangan kalian menghukumi orang lain hanya dengan satu kalimat yang berbau pelanggaran, selama ucapan tersebut dapat dipahami dengan cara yang baik “.
Sebuah nasehat yang sangat mulia, terutama dalam menyikapi sebuah statement atau pandangan hukum yang di ucapkan oleh mereka yang dikenal sebagai orang-orang yang menjaga diri dari pelanggaran agama secara terang-terangan, disampaikan Ibnu Qayyim dengan tegas dalam sebuah perkataannya : “ sebuah kata terkadang memiliki konsekuensi hukum yang berbeda jika disebutkan oleh dua orang yang berbeda pula. Salah seorang meniatkan kebaikan dan yang lain menginginkan keburukan. Dalam menentukan status hukum kata tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan track record sumber dan biografi orang yang menyebutkannya“.
Maasyiral muslimin rahimakumullah…
Oleh karena itu, sepatutnyalah setiap pribadi hendaknya senantiasa melakukan muhasabah ( intospeksi ) dan mawas diri terhadap setiap kata yang diucapkan atau setiap hukum yang ditetapkan bagi orang lain. Ingatlah selalu firman Allah Swt :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“ dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”.( Al Israa’ : 36 )
Jama’ah shalat jum’at yang berbahagia ……
Ada beberapa factor yang mendorong munculnya prasangka buruk dalam hati seseorang, Seperti halnya lingkungan yang buruk dan tidak baik, termasuk lingkungan rumah tangga, teman sejawat atau para penyembah hawa nafsu. Berapa banyak orang yang dahulunya berkarakter baik dan terpuji akan tetapi berubah menjadi penjahat akibat pengaruh lingkungan keluarga dan pertemanan. Tidak jarang kita dengarkan orang yang dahulunya sangat taat menunaikan kewajiban-kewajibannya namun akibat lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja menjadikannya orang yang paling jauh dari syariat Allah Swt. Rasulullah Saw mewanti-wanti kita dalam mencari teman dan sahabat, karena kuwalitas keberagamaan seseorang akan dipengaruhi oleh kuwalitas keberagamaan sahabatnya.
Jika prasangka buruk memiliki factor pemicu, maka ia pun memiliki penawar dan obat yang dapat menghilangkannya, setidaknya ada dua hal yang perlu kita perhatikan :
Pertama, mendahulukan prasangka baik terhadap sesama, Umar Ibnu Al Khattab berkata : “ jangan engkau berprasangka buruk terhadap setiap kata yang diucapkan oleh saudaramu, selama masih memungkinkan untuk memahaminya dengan positif “.
Kedua, mencari alasan-alasan positif bagi orang lain saat mereka melakukan kekeliruan. Kecuali dalam hal-hal yang telah jelas keharamannya. Tinggalkan upaya mencari-cari kesalahan orang lain.
Kedua obat ini diharapkan mampu mengobati penyakit prasangka buruk jika telah bercokol dalam hati. Khatib berharap semoga kita senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah Swt sehingga kita tetap konsisten berjalan diatas jalan-Nya yaitu Siratol Mustaqim sampai ajal menjemput kita.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ فِى اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، اِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّؤُوْفُ الرَّحِيْمُ.  اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، وَالْعَصْرِ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِىْ خُسْرٍ اِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْ الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Sumber : https://masjidalfajr.wordpress.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KHUTBAH JUM'AT ( JAUHI BERPRASANGKA BURUK )"

Post a Comment

الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)