Khutbah jum'at ( ETOS kerja dan profesionalitas)
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا بَيْنَ
يَدَيِ السَّاعَةِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ
فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، واتَّقُوا اللهََ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ.
Bapak-bapak,
saudara-saudara, para jamaah yang kami muliakan!
Dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, umat Islam diarahkan oleh agamanya agar
meningkatkan kualitas takwa dan keimanannya secara terus menerus dan berkesinambungan.
Meningkatkan kualitas taqwa, seorang muslim pasti akan meningkatkan pemahaman
dan pengamalan ajaran agamanya secara baik dan lebih sempurna. Islam
mengarahkan umatnya agar memiliki etos kerja yang tinggi dan mengarah pada
profesionalisme. Bila kita perhatikan ayat-ayat al-Qur’an yang menekankan
tentang iman kepada Allah, selalu diikuti dengan amal yang saleh yaitu bekerja
secara baik, dengan etos kerja yang tinggi, rencana yang telah disiapkan dan
mengarah pada profesionalisme. Dalam al-Qur’an banyak kita jumpai bimbingan dan
pengarahan pada kegiatan seperti disebutkan di atas, misalnya:
فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَيُدْخِلُهُمْ رَبُّهُمْ فِي رَحْمَتِهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْمُبِينُ
Artinya:
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka Tuhan mereka
memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya. Itulah kemenangan yang nyata.” (QS.
al-Jatsiah, 45:30)
Hadirin
sidang Jumat yang berbahagia!
Manusia
yang beriman dan bekerja dengan baik, sehingga melahirkan karya-karya besar
yang bermanfaat bagi sesamanya, disebutkan al-Qur’an sebagai manusia yang
paling baik dan terpuji. Sesungguhnya manusia yang paling mulia adalah yang
paling banyak memberikan manfaat bagi sesamanya dan makhluk lain secara
menyeluruh.
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk.” (QS. al-Bayyinah, 98:7)
Ayat
lain dalam al-Qur’an menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman dan bekerja
secara baik dan profesional akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Dua kebahagiaan itu merupakan suatu kemenangan yang agung yang kita
dambakan.
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذلِكَ
الْفَوْزُ الْكَبِيرُ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.” (QS.
al-Buruj, 85:11)
Istilah bekerja dengan menggunakan kata amal
dalam al-Qur’an, bukan saja dipakai dalam arti beramal atau bekerja untuk
kehidupan akhirat, tapi digunakan juga untuk bekerja bagi kehidupan dunia.
Sebagai contoh dapat dikemukakan ayat berikut ini:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُدَ
مِنَّا فَضْلًا يَاجِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ
(*)أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا
تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan
sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami
berfirman): “Hai gunung-gunung burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang
bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju
besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang
saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba`, 34:10-11)
Hadits
Rasulullah saw banyak yang mengarahkan umat manusia agar beretos kerja yang
tinggi dan mengarah kepada profesionalisme sesuai dengan pengarahan dan
bimbingan dari al-Qur’an seperti yang disebutkan di atas, diantaranya:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنّ
اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبرني
والبيهقي)
Dari
Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah
mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”.
(HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).
Dari
hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, diceritakan bahwa ada seorang
sahabat yang meminta bantuan kepada Nabi. Nabi memberi bantuan kepada sahabat
itu, tetapi kemudian ia meminta lagi. Nabi memperingatkan sahabat itu dan
mengajarkannya supaya ia tidak selalu meminta, mencari belas kasihan orang
lain. Karena sesungguhnya tangan di atas atau memberi adalah lebih baik dari
tangan di bawah yang meminta. Selanjutnya Nabi bertanya kepada sahabatnya itu,
apakah ia masih memiliki sesuatu di rumahnya. Sahabat itu menjawab bahwa ia
tidak memiliki suatu apapun, kecuali sebuah mangkok tua. Nabi berkata padanya,
“Besok kamu bawa mangkok itu, akan aku lelangkan kepada sahabat yang lain.”
Esok harinya sahabat itu membawa mangkok tersebut dan diserahkan kepada Nabi.
Nabi mengumumkan pada para sahabat, siapa yang akan menolong temannya dengan
jalan membeli mangkok miliknya. Beberapa sahabat berkenan membelinya, akhirnya
diambillah harga yang paling tinggi senilai dua dirham. Nabi menyerahkan kepada
pemilik mangkok itu satu dirham untuk membeli makanan bagi keluarganya. Kata
Nabi, yang satu dirham lagi kamu belikan kapak besar, lalu bawa kemari. Setelah
diberikan kepada Nabi, Nabi memasangkan gagangnya lalu berkata, “Sekarang kamu
pergi cari kayu dan jual ke pasar. Selama lima belas hari aku tidak mau
melihatmu. ”Sahabat itu kemudian bekerja sesuai dengan yang disarankan Nabi.
Setelah itu ia kembali kepada Nabi dengan membawa keuntungan sepuluh dirham.
Nabi bersabda padanya, “Hal ini lebih baik bagimu daripada meminta belas
kasihan orang lain yang akan menjadi noda pada wajahmu di hari kiamat.” Betapa
kerasnya Islam mengarahkan umatnya agar mau bekerja keras dan bekerja secara
profesional serta mencela mereka yang besikap pemalas dan suka meminta belas
kasihan orang lain. Hal itu tergambar dalam hadits berikut ini, Abu Abdirrahman
Auf bin Malik al-Asyja’i berkata:
كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعَةً أَوْ ثَمَانِيَةً أَوْ سَبْعَةً،
فَقَالَ: أَلاَ تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللَّهِ ؟، وَكُنَّا حَدِيثَ عَهْدٍ بِبَيْعَةٍ
فَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، ثُمَّ قَالَ: أَلاَ تُبَايِعُونَ
رَسُولَ اللَّه؟، فَقُلْنَا قَدْ بَايَعْنَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، ثُمَّ قَالَ: أَلاَ
تُبَايِعُونَ رَسُولَ اللَّه؟، قَالَ فَبَسَطْنَا أَيْدِيَنَا وَقُلْنَا: قَدْ بَايَعْنَاكَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ فَعَلَى مَا نُبَايِعُكَ؟ قَالَ : عَلَى أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ
وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَالصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَتُطِيعُوا، وَأَسَرَّ كَلِمَةً
خَفِيَّةً وَلاَ تَسْأَلُوا النَّاسَ شَيْئًا. فَلَقَدْ رَأَيْتُ بَعْضَ أُولَئِكَ
النَّفَرِ يَسْقُطُ سَوْطُ أَحَدِهِمْ فَمَا يَسْأَلُ أَحَدًا يُنَاوِلُهُ إِيَّاهُ
(رواه مسلم)
Ketika
kami sedang duduk bersama beberapa orang sahabat, jumlah kami kira-kira tujuh,
delapan atau sembilah orang, datang pada kami Rasulullah saw seraya bersabda,
“Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?”. Saat itu kami baru saja berbaiat
kepadanya. Maka kami menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah
berbaiat kepadamu.” Kemudian Nabi saw bersabda lagi, “Tidakkah kamu berbaiat
kepada Rasulullah?”. Maka kami pun kembali menjawab, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami telah berbaiat kepadamu.”
Lalu beliau bersabda lagi, “Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?”.
Maka kami segera mengulurkan tangan untuk berbaiat sambil berkata, “Kami telah
berbaiat, wahai Rasulullah, maka baiat apa lagi yang harus kami sampaikan?”.
Nabi menjawab, “Berbaiat untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, kemudian shalat lima waktu serta taat kepada Allah.”
Kemudian Nabi saw merendahkan suaranya sambil bersabda, “Dan jangan
meminta-minta suatu apapun kepada orang lain.” Betapa kesungguhan para sahabat
menerima baiat Nabi tadi, perawi hadits meriwayatkan bahwa ia melihat sebagian
dari mereka yang ada di situ, cambuk kendaraannya jatuh, dan ia tidak meminta
pertolongan kepada siapa pun untuk mengembalikannya. (HR. Muslim: No.1729)
Sungguh
amat tercela orang yang selalu meminta-minta belas kasihan orang lain, ia akan
menghadap kepada Allah di hari kiamat dengan muka bagaikan tengkorak.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عُمَرَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ
لَحْمٍ (رواه البخاري ومسلم)
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda, “Seorang tidak henti-hentinya
meminta belas kasihan kepada orang lain, hingga nanti ia akan datang pada hari
kiamat dengan bentuk muka yang tidak berdaging (seperti tengkorak).” (HR.
Bukhari: No. 1381 dan Muslim: No. 1725)
Keterangan
di atas menjelaskan kepada kita betapa besarnya bimbingan ajaran Islam agar
manusia memiliki iman dan takwa yang sempurna, beretos kerja tinggi dan
mengarah pada profesionalisme. Dengan demikian kehadirannya di dunia ini akan
bermakna, memberikan andil yang baik bagi peradaban umat manusia dan dapat
melahirkan karya-karya besar yang spektakuler bagi sesama makhluk-Nya. Para
jamaah yang berbahagia! Memberi bantuan kepada sesama umat manusia yang
membutuhkan dan sesuai dengan ajaran agama, adalah merupakan suatu perbuatan
yang sangat baik dan terpuji. Islam menetapkan syarat-syarat bagi orang yang
boleh meminta bantuan. Diantaranya; (1) orang yang memiliki tanggungan, bisa
berupa denda atau tanggungan lainnya. (2) orang yang harta bendanya tertimpa
musibah sehingga musnah. Dan (3) orang yang sangat membutuhkan. (HR. Muslim)
Pemberian bantuan seperti itu harus dilakukan oleh setiap umat yang memiliki
kemampuan. Namun bantuan itu hendaknya tidak diberikan di jalan-jalan raya, di
sekitar lampu pengatur lalu lintas, dan tempat-tempat keramaian lainnya, karena
sangat mengganggu dan membahayakan. Pemberian bantuan sebaiknya disalurkan
melalui lembaga-lembaga resmi yang banyak tersebar di berbagai wilayah. Dengan
cara itu, maka ketertiban dan keselamatan para pengguna lalu lintas dapat
terjaga dengan baik. Selain itu, para fuqara, masakin, dan kaum dhuafa
hendaknya diperhatikan kehidupan mereka melalui lembaga-lembaga sosial yang
resmi. Hadirin sidang Jumat yang berbahagia! Kita semua berharap semoga umat
Islam secara keseluruhan dapat memperbaiki kinerjanya secara baik, sehingga
dapat meningkatkan kualitas SDM kita menuju SDM yang unggul dan dapat bersaing
dengan dunia internasional. Dengan demikian, kita akan menjadi bangsa yang
memiliki keunggulan setarap dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Semoga
kita semua memperoleh bimbingan serta ridha dari Allah swt dalam segala
kehidupan kita. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ
لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَآئِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
0 Response to "Khutbah jum'at ( ETOS kerja dan profesionalitas)"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)