KHUTBAH JUM'AT (Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mencetak Generasi Islami)
Perpustakaan pondok Sabilul hasanah
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِاْلهُدَى وَالأَوْلاَدِ وَاَّلذِيْ
أَرْحَمَنَا بِاْلمَغْفِرَةِ وَاْلأَبْنَاءِ ، أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَسُبْحَانَ الَّذِيْ أَفْضَلَنَا عَلىَ سَائِرِ
مَخْلُوْقَاتِهِ ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ
أُرْسِلَ إلَى جَمِيْعِ أُمَّتِهِ ، أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يَتَمَسَّكُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَدِيْنِهِ ، أمَّا
بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ
اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اْلأَوْلاَدَ رَعِيَّةُ كُلِّ
اْلأبَاَءِ وَاْلأُمَّهَاتِ وَأَمَانَاتٌ لِكُلِّ اْلمُجْتَمَعِ ، وَأَكْبَرْ
اْلأَمَانَاتِ مِنَ اللهِ مَا عِنْدَكُمْ مِنَ الْأوْلاَدِ واْلأحْفَادِ ، فَأَحْسِّنُوْا
تَرْبِيَتَهُمْ وَهَذِّبُوْا أخْلَاقَهُمْ وَعَلِّمُوْا بِمَا يَنْفَعُوْنَ بِهِ
فِيْ دِيْنِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ وَآخِرَتِهِمْ
قَالَ اللهُ
تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ : ِللهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ
يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ ِلمَنْ يَشَاءُ إنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ
الذُّكُوْرَ ، أوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْمًا
إنَّهْ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ ، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهٌ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِ أوْ يُنَصِّرَانِ أوْ يُمَجُّسَانِ ، وَقَالَ أَيْضًا : كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Hadirin Sidang Jum’at Rokhimakumullah
Pada Khutbah ini, saya
mengingatkan, baik kepada diri saya sendiri maupun kepada Hadirin Jamaah Jumat
sekalian, marilah kita mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah
SWT. Seringkali diulangi bahwa hanya ketaqwaanlah yang dapat menjamin
ketentraman hidup kita selama di dunia. Keimanan dan ketaqwaan pula yang
menjadikan kita merasa layak berharap rahmat Allah di dunia dan akhirat. Maka
marilah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT agar jalan hidup kita
senantiasa diberkahi dan diridhoi Allah SWT.
Jika kita senantiasa
meningkatkan ketaqwaan, tentu jalan hidup kita menjadi lebih mudah, lebih
nyaman dan lebih teratur dan berkesinambungan. Dalam bermasyarakat, te1qA`` antu kita menginginkan
keteraturan dan kesinambungan dalam berbagai bentuk kebaikan. Nah, salah satu
di antara bentuk-bentuk kesinambungan dalam kebaikan dan kataqwaan adalah
tumbuhnya generasi-generasi penerus perjuangan dan dakwah islamiyah. Maka
dengan demikian, tentu kita menginginkan turut berperan serta dalam melanjutkan
estafet perjuangan islam ini dengan melahirkan dan mengasuh anak-anak Muslim
yang cerdas, berkarakter dan shaleh.
Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ
مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِ أوْ
يُنَصِّرَانِ أوْ يُمَجُّسَانِ
Setiap anak dilahirkan
dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan
Muslim)
Artinya, orang tualah
yang memiliki tanggung jawab utama dalam mendidik dan menjadikan seorang
anak sebagai pribadi yang sholeh atau sebaliknya.
Hal ini juga sesuai
dengan Sabda Rasulullah lainnya,
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban. (HR.
Bukhori-Muslim)
Seorang pemimpin
pemerintahan adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban akan
rakyatnya, suami adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang
anggota keluarganya, istri adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
tentang rumah tangga suaminya serta anak-anaknya, dan seorang pembantu adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang harta benda majikannya,
ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
kelak di hari Kiamat.
Saudara-saudara Sidang
Jum’at yang Dirahmati Allah
Anak merupakan harapan
setiap orang tua dalam kehidupan rumah tangga mereka. Anak adalah kebanggaan
dan dambaan. Namun terkadang anak juga dapat menjadi cobaan yang sangat berat
bagi kedua orang tuanya. Karenanya, setiap orang tua mesti mendidik anak-anak
mereka sesuai tuntunan agama Islam.
Anak-anak yang dididik
dengan Tuntunan Islam diharapkan menjadi anak-anak yang sholeh, berbakti dan
berguna bagi bangsa, negara, masyarakat dan agamanya. Tentu saja orang tuanya
adalah mereka yang pertama kali memetik buah dari kesalehan anak-anaknya.
Allah SWT berfirman,
وَالَّلذِيْنَ
يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلُمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang
berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqaan, 25:74)
رَبِّ هَبْ
لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ
Ya Tuhanku,
anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh. (QS.
Ash-Shoffaat, 37:100)
Dua Ayat ini meneguhkan
kepada kita, bahwa selayaknya sebagai pribadi Muslim yang beriman, tentu kita
berharap untuk dikaruniai buah hati yang dapat dibanggakan, shaleh-shalihah,
berbakti dan berguna bagi sesamanya.
Namun berdoa saja
tidaklah cukup. Kita harus mengupayakan sekuat tenaga agar dapat medidik
anak-anak kita menjadi generasi yang dapat diandalkan oleh zamannya. Kita harus
memperhatikan pendidikan mereka, berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif
bagi perkembangan positif kejiwaan mereka.
Sebagai orang tua, kita
juga harus memperhatikan pergaulan anak-anak kita yang menjadi faktor penentu
dalam perkembangan sosial mereka. Kita harus mengajarkan kesederhanaan dalam
keseharian mereka. Karena Rasulullah SAW sudah contohkan, bahwa meski hidup
dalam kondisi yg sederhana, tapi kebahagiaan selalu Beliau rasakan. Maka
demikianlah mestinya kita menciptakan lingkungan sosial dan kekeluargaan bagi
anak-anak harapan generasi Islam tersebut.
Di samping itu, hal lain
yang harus kita perhatikan dalam mendidik anak adalah memberikan Rejeki yang
Halal selama pertumbuhan mereka. Karena rezeki halal dapat mempermudah mereka
menjalani kesalehan dan ketaqwaan. Sementara jika kita kurang-hati-hati dan
teledor dengan memberikan mereka asupan energi dan suplai pertumbuhan maupun
pendidikan dari rezeki halal, maka sama saja dengan menginginkan mereka menjadi
lahan empuk bagi tumbuhnya kemungkaran dalam diri anak-anak kita sendiri.
Rezeki yang halal akan memudahkan mereka menerima hidayah dan keberkahan dalam
menjalani proses pertumbuhan dan pendidikannya.
Hadirin Sidang Jum’at
yang dimuliakan oleh Allah
Marilah kita mempertebal
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah dengan mengenalkan jalan dakwah kepada
generasi Islam sedini mungkin dengan penuh kebijakan dan keteladanan yang
mulia. Bukan zamannya lagi jika kita hanya mendidik tanpa memperhatikan
perkembangan psiokologi mereka. Bukan zamannya lagi jika kita hanya
mengandalkan kekerasan dalam medidik anak.
Memang benar, bahwa
Rasulullah SAW memperbolehkan kita untuk memukul anak-anak jika mereka lalai
mengerjakan shalat. Nemun bukan berarti dengan demikian kita dapat memukul
mereka dengan seenaknya saja. Karena anak-anak senantiasa membutuhkan kasih
sayang yang dapat mereka cerna dan mereka sadari. Anak-anak ingin mengerti
bahwa orang tua mereka menyayangi mereka, sehingga mereka dapat membalas kasih
saying tersebut dengan kesungguhan belajar dan berusaha menjadi baik bagi
lingkungan dan masyarakatnya. Artinya anak-anak akan merasa memiliki tanggung
jawab menjadi shaleh dan shalihah jika mereka juga mengerti bahwa kedua orang tuanya
mencontohkan kesalehan dan keteladanan yang baik terhadapnya.
Tentang hal ini,
Al-Qur’an mengajarkan :
ادْعُ إِلَى
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. an-Nahl, 16:125)
Artinya, jika kita
menginginkan anak-anak kita menjadi generasi yang baik dan santun, tentu kita
harus mengajarkan kebaikan dan sopan santun serta etika Islam kepada mereka.
Selain itu, dalam
memilihkan atau mengarahkan pendidikan bagi anak-anak, kita dapat memperhatikan
bakat dan kecenderungan mereka. Kita dapat menyekolahkan mereka menurut bakat
positifnya masing-masing, sehingga ketika telah menjadi dewasa nantinya, mereka
tidak memiliki keraguan akan kemampuan dan potensi dirinya.
Hal ini sesuai dengan
firman Allah,
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di
antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang
makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang
beruntung. (QS. Ali Imran 3: 104)
Ada yang menjadi
muballigh, tentara, pedagang, guru atau pun insinyur dan lain-lain sebagainya.
Dengan demikian generasi Islam yang kita dambakan bersama dapat segera terwujud
menjadi sebuah kenyataan. Dan izzul Islam wal muslimin dapat kita gapai
bersama, karena generasi muda saat ini tentu akan menjadi pemimpin Islam di
kemudian hari.
Hadirin siding Jum’at
yang Dirahmati Allah
Hal terpenting terakhir
yang ingin saya sampaikan kepada saudara-saudara sekalian adalah, tentang bekal
paling utama kepada generasi muda kita, yakni pendidikan, keteladanan dan
ketaqwaan. Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, “Didiklah
anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu
ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu
kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”
Saya nyatakan, kita harus
memberikan bekal ketaqwaan yang cukup kepada mereka, apapun profesi yang
menjadi pilihan mereka kelak. Karena tanpa ketaqwaan, mustahil mereka dapat
menjadi generasi Muslim yang dapat diandalkan dan ditunggu peran sertanya dalam
pembangunan bangsa dan umat.
Sebagaimana firman
Allah,
وَتَزَوَّدُوْا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ الَّتقْوَى وَاتَّقُوْنِ يَا أُولِي اْلألْبَابِ
Berbekallah, sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang
berakal. (QS. al-Baqarah, 2:197)
بَارَكَ اللهُ
لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ
اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Sumber : Kumpulan khutbah jum'at ponpes sabilul Hasanah
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT (Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mencetak Generasi Islami)"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)