KHUTBAH JUM'AT ( Meraih Kebeningan Hati)
KHUTBAH PERTAMA
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ
هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ
وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا،
. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah…
Sering kita jumpai banyak orang pada zaman sekarang
lebih mengedepankan penampilan indah pada penampilan luarnya, tubuhnya,
pakaiannya, mobilnya, rumahnya dan sebagainya, namun mereka melalaikan
keindahan penampilan hati dan bathinnya padahal keindahan hati jauh lebih
penting, karena itulah tolok ukur kemuliaan di sisi Allah:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian
adalah yang paling bertaqwa di antara kalian. (QS al-Hujurāt [49]: 13)
Dan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Abu
Hurairah a\, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallambersabda:
إِنَّ اللَّهَ لاَ
يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk
kalian, tubuh atau harta kalian, tetapi Allah akan melihat kepada hati dan amal
kalian.”
Oleh karenanya, hendaknya kita lebih memperhatikan
kesucian hati kita, di samping memperhatikan pula kesucian badan, pakaian, atau
lingkungan kita.
Jama’ah shalat Jum’at yang dirahmati Allah…
Tazkiyatun nufus dalam
arti menyucikan jiwa dari noda-noda dan dosa dengan ketaatan dan keimanan
adalah perkara yang sangat penting sekali, bahkan merupakan salah satu tugas
inti dari dakwah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah mengemban tazkiyatun
nufus. Allah berfirman:
هُوَ ٱلَّذِى بَعَثَ
فِى ٱلْأُمِّيِّۦنَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَـٰلٍ مُّبِينٍ . ٢
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf
seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
menyucikan mereka, dan mengajari mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS
al-Jumu’ah [62]: 2)
Juga, tazkiyatun nufus adalah kunci
kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Allah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَن
زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠
Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa
itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS asy-Syams [91]:
9–10)
Jama’ah shalat Jum’at—rahimakumullah…
Perlu diketahui bahwa tazkiyatun nufus memiliki
dua tingkatan:
Tingkatan Pertama: Menyucikan hati dengan melakukan
amalan yang disyari’atkan
Dia selalu mengoreksi dan mengontrol keimanannya,
berusaha selalu meningkatkan imannya dan menjauhi segala virus yang dapat
menggerogoti imannya.
إِنَّ الإِيمَانَ
لَيَخْلَقُ فِي جَوْفِ أَحَدِكُمْ كَمَا يَخْلَقُ الثَّوْبُ الْخَلِقُ ،
فَاسْأَلُوا اللَّهَ أَنْ يُجَدِّدَ الإِيمَانَ فِي قُلُوبِكُم
“Sesungguhnya iman dalam hati itu bisa luntur/usang
sebagaimana usangnya pakaian, maka perbaharuilah keimanan kalian.”[1]
Dan sebagaimana dimaklumi bersama bahwa iman itu
mencakup keyakinan, ucapan, dan perbuatan.
- Keyakinan. Dia mewujudkan amalan-amalan hati berupa cinta, berharap, takut, tawakal, ikhlas, pengagungan kepada Allah dan Nabi-Nya, serta amalan-amalan hati lainnya.
- Perbuatan. Dia membersihkan hatinya dengan ketaatan kepada Allah berupa amalan-amalan badan seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan amalan-amalan lainnya.
- Ucapan. Dia membersihkan hatinya dengan amalan-amalan lisan seperti membaca al-Qur‘an, dzikir, amar makruf nahi mungkar, dan sebagainya.
Tingkatan Kedua: Menyucikan hati dengan meninggalkan
larangan Allah
Dia meninggalkan seluruh maksiat dan dosa dengan
berbagai modelnya dan tingkatannya, sebab dosa itu sangat meracuni hati dan
merusaknya. Bukankah semua kerusakan di muka bumi ini serta segala kerusakan
dalam ekonomi, politik, sosial melainkan karena akibat dosa?!!
رَأَيْتُ الذُّنُوبَ
تُمِيتُ الْقُلُوبَ … وَيُتْبِعُهَا الذُّلَّ إِدْمَانُهَا
وَتَرْكُ الذُّنُوبِ
حَيَاةُ الْقُلُوبِ … وَالْخَيْرُ لِلنَّفْسِ عِصْيَانهَا
Aku mendapati dosa itu mematikan hati
Dan terus-menerus dalam dosa menjadikan hina
Meninggalkan dosa adalah hidupnya hati
Namun jiwa ingin selalu berdosa. (al-Mujalasah wa
Jawahirul Ilmi 2/30)
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah…
Lantas bagaimana kiat-kiat untuk meraih kesucian dan
kebeningan hati?! Ada beberapa kiat jitu untuk meraihnya yang seandainya kita
melaksankannya maka kita akan segera meraihnya dengan izin Allah. Di antaranya:
1. Do’a dan memohon kepada Allah
Sekalipun hamba memiliki peran dalam penyucian
hatinya, perlu dia sadari bahwa yang memberikan taufiq kesucian dan kebeningan
hati hanyalah Allah semata. Oleh karenanya, Allah berfirman:
يَـٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ ۚ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَـٰنِ
فَإِنَّهُۥ يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ مَا زَكَىٰ مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَـٰكِنَّ
ٱللَّهَ يُزَكِّى مَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿٢١﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka
sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan
keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS an-Nūr
[24]: 21)
Maka seorang hamba, dalam setiap detiknya selalu
membutuhkan pertolongan Allah dan memohon kepada-Nya agar Allah menganugerahkan
kepadanya kebeningan hati. Oleh karena itulah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam mengajarkan kepada kita untuk berdo’a:
اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى
تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
“Ya Allah, berikanlah kepada jiwaku ketaqwaan dan
sucikanlah jiwa karena Engkau adalah sebaik-baik Dzat yang menyucikannya.” (HR
Muslim: 2722)
Karena itu pula, kita disyari’atkan ketika mendengar
panggilan shalat yang merupakan salah satu amalan penting dalam penyucian jiwa,
ketika muadzin mengatakan: “Hayya ’alash shalah” dan “Hayya ’alal falah” (Ayo
kita shalat, ayo kita menuju keberuntungan), maka kita menjawab: “La haula wala
quwwata illa billahi” (Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah).
2. Berilmu
Ilmu adalah kunci yang pas untuk meraih kesucian hati.
Sebab kesucian hati itu diraih dengan melaksanakan ketaatan serta menjauhi
larangan secara ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Dan hal itu tidak mungkin terwujudkan kecuali dengan
ilmu. Oleh karenanya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ
بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ اْلدِّيْنِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan, maka Allah
akan pahamkan ia dalam agama-Nya.”
Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjadikan
ilmu agama sebagai faktor semua kebaikan, karena dengan ilmu dia mampu
beribadah kepada Allah secara benar.
3. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya
Jika ilmu adalah kunci meraih kesucian jiwa, maka yang
lebih utama daripada itu adalah mengamalkan ilmu. Apalah artinya jika kita
belajar, ikut ta’lim, dan menuntut ilmu jika kita tidak mengamalkannya. Ibnul
Qayyim v\ berkata:
كُلُّ عِلْمٍ وَعَمَلٍ
لاَ يَزِيْدُ الإِيمَانَ واليَقِيْنَ قُوَّةً فَمَدْخُوْلٌ، وَكُلُّ إِيمَانٍ لاَ
يَبْعَثُ عَلَى الْعَمَلِ فَمَدْخُوْلٌ
“Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kekuatan
dalam keimanan dan keyakinan maka telah termasuki (terkontaminasi), dan setiap
iman yang tidak mendorong untuk beramal maka telah termasuki (tercoreng).”[3]
Jika kita melaksanakan perintah-perintah Allah seperti
shalat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur‘an maka di situlah hati akan suci
dan bahagia. Sebaliknya, jika kita menerjang larangan-larangan Allah, maka hati
ini akan sempit dan terombang-ambing dalam kegalauan.
4. Selalu muhasabah (introspeksi)
يَـٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿١٨﴾
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS al-Hasyr [59]: 18)
Seorang mukmin akan selalu mengoreksi dan mengevaluasi
amalannya. Dia akan berusaha untuk tidak terjerumus ke dalam dosa dengan
menjauhi segala sarana yang dapat merayunya seperti fitnah dunia, wanita, dan
teman yang jelek. Dan jika dia telah terjatuh ke dalam dosa, maka dia segera
bertaubat dan selalu istighfar kepada Allah dengan tekad yang bulat untuk tidak
mengulangi dosanya lagi.
Jama’ah shalat Jum’at rahimakumullah…
Jika seorang hamba telah meraih kebeningan hati dan
kesucian jiwa maka dia pun akan meraih buah-buah indah darinya, di antaranya:
1. Dicintai oleh manusia
Bila kita memiliki hati yang bersih kepada Allah dan
juga sesama manusia, maka Allah akan menjadikan umat manusia mencintainya,
sebagaimana firman-Nya:
إِنَّ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ ٱلرَّحْمَـٰنُ وُدًّا ﴿٩٦﴾
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
shalih, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa
kasih sayang. (QS Maryam [19]: 96)
2. Kebahagiaan dan ketenteraman hati
Kebahagiaan adalah suatu impian dan dambaan setiap
insan baik pria atau wanita, kecil atau dewasa, miskin atau kaya. Namun,
kebahagiaan itu hanyalah diraih dengan iman dan ketaatan bukan dengan dosa
serta kemaksiatan. Allah berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَـٰلِحًا مِّن
ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿٩٧﴾
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik
laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan. (QS an-Nahl [16]: 97)
3. Meraih surga Allah
Surga adalah tempat kembali yang penuh dengan
kenikmatan, sebagai balasan bagi orang-orang yang memiliki hati bersih, pada
suatu hari yang tidak bermanfaat lagi harta, takhta, dan anak-anak.
إِنَّ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ
عَمَلًا ﴿٣٠﴾ أُولَـٰئِكَ لَهُمْ جَنَّـٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَـٰرُ
يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِن ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِّن
سُندُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـِٔينَ فِيهَا عَلَى ٱلْأَرَآئِكِ نِعْمَ ٱلثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا ﴿٣١﴾
Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shalih,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik. Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka
surga ’Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi
dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan
sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang
indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. (QS
al-Kahfi [18]: 30–31)
Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah agar Allah
memberikan kepada kita hati yang suci, jiwa yang bersih dari noda-noda dan
dosa-dosa sehingga kita meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amin.
بَارَكَ
اللهُ لِىْ وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِىْ وَإِ يَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْمِ إِنَّهُ تَعَالَى جَوَّادٌ
كَرِيْمٌ رَؤُوْفٌ رَّحِـْيمٌ وَقُلْ
رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT ( Meraih Kebeningan Hati)"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)