KHUTBAH IDUL FITRI (Memaafkan Menjaga Persatuan Kesatuan dan Keharmonisan )
KHUTBAH PERTAMA
اللهُ
اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكبَرْ (3×) لاَإلَهَ إلاَّ الله
ُوَالله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ وَلِلَّهِ الْحَمْد ،
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِْعمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ
الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ
أنْ هَدَانَا الله ُ ، أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ إلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
الَّذِيُ خَصَّنَا بِخَيْرِ كِتَابٍ أُنْزِلَ وَأَكْرَمَنَا
بِخَيْرِ نَبِىٍّ أُرْسِلَ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النٍّعْمَةَ بِأَعْظَمِ دِيْنِ
شَرْعٍ دِيْنِ اْلإسْلاَمِ ، أليَوْمَ أكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ
وَأتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإسْلَمَ
دِيْنًا ، وَ أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَدَّى
اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَتَرَكَنَا عَلىَ
اْلمَحَجَّةِ اْلبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا ، لاَيَزِيْغُ
عَنْهَا إلاَّ هَالِكٌ, أللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ
الطَّاهِرِيْنِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أمَّا
بَعْدُ ،
فَيَا
عِبَادَ اللهِ ! اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُوْنَ, وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ
كَرِيْمٌ, قَالَ الله ُعَزَّ وَجَلَّ : وَلِتُكْمِلُوْا العِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلىَ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Hadirin Sidang Sholat
Idul Fitri yang Dimuliakan Allah
Kalimat Takbir
“Allahu Akbar” yang kita kumandangkan setiap saat, merupakan pangkalan kita
bertolak dan berlabuh. Kalimat takbir ini selalu kita kumandangkan, baik di
masa-masa damai tenteram dan kita kumandangkan pula ketika masa-masa kritis dan
mencekam.
Kalimat takbir yang sama, yang sedang kita kumandangkan saat ini, adalah kalimat takbir yang juga dikumandangkan oleh para pahlawan bangsa kita pada tanggal 10 Nopember 1945 lalu.
Kalimat takbir ini
melambangkan keagungan dan kebesaran Allah. Kalimat ini pulalah yang
mempersatukan seluruh umat Islam di muka bumi. Dalam kandungan takbir terpancar
aneka kesatuan, seperti kesatuan alam semesta, kesatuan dunia dan akhirat,
kesatuan natural dan supranatural, kesatuan ilmu dan kesatuan umat.
Dengan kesatuan alam semesta, maka segala wujud di alam raya ini, dari yang terkecil sampai yang terbesar, benda-benda bernyawa atau tidak, baik yang terdeteksi indera maupun tidak, seluruhnya berada dalam satu kendali, diciptakan dan diatur oleh Dzat Yang Maha Agung, yakni Allah SWT. Dzat yang mengendalikan seluruh alam, yang tiada satu pun dari isi dunia yang dapat mengelak dari ketetepan-Nya.
Allah SWT berfirman:
وَلِلّهِ يَسْجُدُ مَن
فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ طَوْعاً وَكَرْهاً وَظِلالُهُم بِالْغُدُوِّ
وَالآصَالِ
”Hanya kepada
Allah-lah segala yang di langit dan di bumi bersujud, baik dengan keinginannya
sendiri ataupun terpaksa (dan bersujud pula) bayang-bayangnya di waktu pagi dan
petang.” (QS. ar-Ra'd, 15:13)
الله ُأكْبَرْ الله
ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ ْ وَلِلَّهِ الْحَمْد
Hadirin Ikhwanil
Muslimin Rahimakumullah
Dalam kesatuan alam
raya inilah, seluruh mahluk harus bekerja sama dalam kebajikan. Sehingga dari sinilah
rasa aman dan damai memperoleh pijakan yang kuat.
Kita sebagai manusia yang beriman kepada Allah adalah khalifah di bumi. Sehingga kita harus mewujudkan kedamaian. nah, sebagai Khalifah Allah ini, tugas kita dimulai dari lingkup terkecil, bermula dari diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat, bangsa negara dan seluruh bumi. Bahkan ke seluruh jagad raya yang berlanjut ke negeri kekal di akhirat nanti.
Kedamaian bermula dari jiwa manusia. Tidak akan ada kedamaian jika terdapat cekcok dan perselisihan, bahkan dengan diri sendiri sekali pun. Karenanya setiap individu Mukmin haruslah tunduk dan patuh kepada satu penguasa, satu pengendali yang menciptakan keselarasan di muka bumi, yakni Allah SWT. Janganlah pernah berani membuat perselisihan dengan Allah melalui cara-cara mempersekutukan-Nya. Janganlah pernah mencari perlindungan selain daripada perlindungan Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلاً
رَّجُلاً
فِيهِ شُرَكَاء
مُتَشَاكِسُونَ وَرَجُلاً سَلَماً لِّرَجُلٍ هَلْ يَسْتَوِيَانِ مَثَلاً الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ
أَكْثَرُهُمْ لَا
يَعْلَمُونَ
” Allah membuat
perumpamaan (yaitu) seorang laki-laki (budak) yang dimiliki oleh beberapa orang
yang berserikat yang dalam perselisihan dan seorang budak yang menjadi milik
penuh dari seorang laki-laki (saja); Adakah kedua budak itu sama halnya? Segala
puji bagi Allah tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. az-Zumar, 39:29).
Ayat ini menggambarkan kepada kita bahwa, seorang budak yang harus tunduk kepada beberapa majikan yang memilikinya, namun majikan ini saling berselisih dan bersengketa. Tentu budak semacam ini akan merasa risau dan gelisah, pada akhirnya ia menjadi pengidap kepribadian ganda atau munafik.
Bandingkan dengan keadaan budak yang hanya dimiliki oleh seorang majikan saja. Ia pasti tidak akan bingung, apalagi jika sang majikan berperilaku terpuji.
Maka ayat ini pun merupakan penggambaran dari seseorang yang mempersekutukan Tuhan dan percaya bahwa ada Tuhan-tuhan pengatur dan pengendali selain Allah. Maka bandingkanlah keadaannya, keadaan jiwanya, dengan seorang pribadi Mukmin yang hanya percaya dan patuh kepda Allah sebagai satu-satunya penguasa dan pengendali seluruh alam raya.
الله ُأكْبَرْ الله
ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ ْ وَلِلَّهِ الْحَمْد
Hadirin Jamaah Idul
Fitri yang Berbahagia
Demikian pula kita
akan menemukan keutuhan kepribadian dan kesatuan di balik kalimat Takbir yang
sedang berkumandang di hari raya Idul Fitri ini.
Bagaimanapun kondisi
kita, apakah kita sedang sedih, berduka ataupun sedang bersuka ria, atau sedang
terancam bahaya misalnya. Dengan kalimat takbir kita akan selalu merasakan diri
sebagai pribadi yang utuh yang hanya menyembah dan berpasrah kepada satu Dzat
Yang maha Agung.
Bila takbir telah terpatri dalam dada, maka segala perbuatan dan ucapan kita akan menyatu dalam keteguhan dan keyakinan serta pengabdian kepada Allah SWT. Orang-orang yang telah menyatu dengan kalimat Takbir dalam kesehariannya, akan menjadi pribadi yang membawa manfaan dalam kehidupan diri dan lingkungan sekitarnya.
Bila beruntung dia akan bersyukur, bila diuji dia akan bersabar, jika ditegur ia menyesal dan bila bersalah akan beristighfar dan meminta maaf serta berani bertanggungjawab.
Demikian Agungnya kalimat Takbir, jika dihayati makna dan pesan-pesannya. Sehingga, Takbir ini diperintahkan oleh Allah untuk dikumandangkan, begitu selesai bilangan bulan teragung, yaitu bilangan puasa Ramadhan.
وَلِتُكْمِلُوااْلعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُاللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ ولَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
”Dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. al-Baqoroh, 2:185)
Tanpa mengumandangkan takbir, kita tidak akan dapat dinamai bersyukur, padahal tanpa bersyukur, maka siksa Allah telah menanti kita.
الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ ْ
وَلِلَّهِ الْحَمْد
Dengan berakhirnya
Ramadhan, tentu kita berharap, kiranya telah dapat mencapai ketakwaan kepada
Allah SWT. Ketakwaan yang hanya dapat tercapai bila kita memiliki keimanan.
Artinya ketakwaan dan keimanan adalah simbol kesatuan dalam ketauhidan. Iman
membuahkan persatuan dan kesatuan. Sedangkn kufur mengantarkan kepada
perselisihan dan perpecahan.
Pada Masa hidup
Rasulullah SAW, ketika sekelompok kaum muslimin hampir terpengaruh oleh
bisikan para pemecah belah, turunlah peringatan Allah SWT yang menamai keimanan
dengan persatuan dan perpecahan dengan kekufuran.
Allah memperingatkan mereka yang nyaris terpecah belah dengan firmannya:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
"Pada hari yang
di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.”
(QS. Ali Imran, 3:106).
Dalam kehidupan duniawi, mereka yang bersatu dan bekerja sama untuk kemaslahatan bangsa dan masyarakatnya akan memiliki wajah yang berseri-seri. Keceriaan nampak jelas di wajah ketika mereka memetik hasil dari persatuan dan kerjasama dalam kebajikan.
Sedangkan mereka yang berpecah-belah dan saling bersengketa, pun telah diperingatkan dan diancam oleh Allah dalam firman-Nya,
فَأَمَّا الَّذِينَ
اسْوَدَّتْ
وُجُوهُهُمْ
أَكْفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُواْ الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
" Adapun
orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa
kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan
kekafiranmu itu". (QS. Ali Imron, 3:106)
الله ُأكْبَرْ الله
ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ ْ وَلِلَّهِ الْحَمْد
Saudara-saudara
sekalian yang dimulyakan Allah
Idul Fitri yang
berarti kembali kepada kesucian, mengantarkan kita kepada persatuan dan
kesatuan umat. JIka kita memahami arti persatuan dan kesatuan, tentu di sana kita menemukan dua
kata yang akan mengantarkan kita kepada makna Fitri (kesucian) yang sebenarnya.
Kata kunci pertama dalam persatuan dan kesatuan adalah keharmonisan. Seseorang yang beragama harus selalu merasa bersama dengan orang lain. Dapat menghargai kehadiran orang lain dan menjaga perasaan orang-orang di sekelilingnya. Keadaan saling menyadari dan menjaga perasaan orang-orang disekelilingnya inilah yang disebut sebagai keharmonisan. masyarakat yang bersatu dalam keimanan kepada Allah SWT akan saling menjaga agar tidak saling berbantah-bantahan dan bersengketa di antara sesama anggota masyarakatnya.
Hal ini dikarenakan, masyarakat yang bersatu akan senantiasa berusaha menjaga agar tidak terjadi keadaan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT,
Kata kunci pertama dalam persatuan dan kesatuan adalah keharmonisan. Seseorang yang beragama harus selalu merasa bersama dengan orang lain. Dapat menghargai kehadiran orang lain dan menjaga perasaan orang-orang di sekelilingnya. Keadaan saling menyadari dan menjaga perasaan orang-orang disekelilingnya inilah yang disebut sebagai keharmonisan. masyarakat yang bersatu dalam keimanan kepada Allah SWT akan saling menjaga agar tidak saling berbantah-bantahan dan bersengketa di antara sesama anggota masyarakatnya.
Hal ini dikarenakan, masyarakat yang bersatu akan senantiasa berusaha menjaga agar tidak terjadi keadaan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT,
وَأَطِيعُواْ اللّهَ
وَرَسُولَهُ وَلاَ
تَنَازَعُواْ
فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
”Dan ta'atlah kepada
Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan
kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah
beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Anfaal, 8:46)
Dalam masyarakat yang harmonis, egoisme seorang muslim menjadi lebur dalam kesetaraan dan kesederajatan manusia sebagai hamba Allah yang bertauhid. Masyarakat yang harmonis adalah membangun hubungan atas dasar kesatuan visi dan misi dalam ketakwaan, keimanan dan kebajikan.
Mereka saling-berlomba-lomba dalam kebajikan sembari tetap menjaga keharmonisan. Masyarakat yang harmonis dalam persatuan dan ketaqwaan akan saling terlibat dalam keseharian sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
كَالجَسَدِ اْلوَاحِدِ
، إذَا اشْتَكىَ مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعىَ سَائِرُ الأعْضاَءِ بِالسَّهَرِ
وَاْلحُمىَ مِنْهُ
”Bagaikan satu jasad,
bila salah satu organnya merasakan penderitaan, maka seluruh tubuh akan merasa
demam dan tidak dapat tidur.”
الله ُأكْبَرْ الله
ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ ْ وَلِلَّهِ الْحَمْد
Hadirin Sidang Idul
Fitri Rahimakumullah
Kata kunci dalam
persatuan dan kesatuan umat yang kedua adalah saling memaafkan. Pada zaman pra
Islam, orang-orang akan sangat merasa tersinggung, memendam amarah dan menunggu
waktu untuk membalas dendam jika disakiti. Kemudian datanglah Rasulullah SAW
dengan ajaran baru, yakni ajaran untuk saling memaafkan.
Ketika pada zaman
Nabi, orang-orang enggan memaafkan, maka Allah SWT menegur mereka dalam
firman-Nya :
وَلْيَعْفُوا
وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ
رَّحِيمٌ
”Dan hendaklah mereka
mema'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
an-Nuur, 24:22)
Maka
marilah di hari yang Fitri ini kita kembali kepada inti ajaran tauhid, yakni
persatuan dan kesatuan umat. marilah menciptakan dan menjaga keharmonisan
di antara sesama umat Muslim, sesama anggota masyarakat dan sesama
bangsa. Marilah kita saling memaafkan dengan mengibarkan bendera
perdamaian (as-Salam) sembari berdoa:
َالَّلهُمَّ أنْتَ
السَّلاَمْ وَمِنْكَ
السَّلاَمْ وَإليَكْ
َيَعُوْدُ السَّلاَمْ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَأدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَ
السَّلاَمِ أّنْتَ رَبُّنَا
ذُوْالجَلاَلِ
وَالإكْراَمِ
"Ya Allah,
Engkaulah Yang Maha Damai. Dari-Mu bersumber kedamaian, Kepada-Mu Kembali
Kedamaian. Tuhan kami, Hidupkanlah kami dengan penuh kedamaian dan masukkanlah
kelak kami ke surga, negeri yang penuh kedamaian. Engkau pemelihara kami, lagi
pemilik keagungan dan kemuliaan."
اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
وَاَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ ربِّهِ ونَهَيَ النَّفْسَ عَنِ اْلَهوَى فَاِنَّ
الْجَنَّةَ هِيَ اْلمَأْوَى. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ
مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا
وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَاَقُوْلُ
قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ لِى وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
Sumber: Kumpulan khutbah 'IDUL FITRI ponpes sabilul Hasanah.
0 Response to "KHUTBAH IDUL FITRI (Memaafkan Menjaga Persatuan Kesatuan dan Keharmonisan )"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)