KHUTBAH JUM'AT (Taqwa Solusi Islam Mengatasi Ekses Modernisasi)





Menara Kudus (Sunan Kudus)
 
KHUTBAH PERTAMA

 إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah.
       Seiring dengan cepat dan  pesatnya perkembangan ilmu dan tekhnologi, serta  derasnya arus informasi yang melanda umat manusia dewasa ini, dari satu sisi menimbulkan keuntungan  atau dampak positif  yaitu kita dapat mengetahui berita atau kejadian yang  timbul di belahan dunia lain yang jauh dari pandangan kita, disamping sisi positifnya kemajuan iptek ini juga membawa dampak negatif berupa kerusakan-kerusakan tata nilai kehidupan, kian meningkatnya kriminalitas dengan tindak kekerasan, judi, penyalahgunaan obat terlarang, sarana dan prasarana kemaksiatan semakin mudah pula didapatkan, bahkan orang tidak perlu jauh-jauh  ada di dalam rumah sendiri,  mulai  dari foto-foto porno dari artis-artis tak bermoral sampai bintang-bintang film yang bejat akhlaqnya, membuat orang semakin nekat dan berani melakukan maksiat.
Kasus-kasus pembunuhan, pemerkosaan dan perzinaan, hampir terjadi setiap hari, baik yang memenuhi halaman-halaman surat kabar ataupun yang menjadi berita-berita aktual di  radio dan televisi.
         Maka dalam salah satu pernyataannya Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menyatakan bahwa: “Dalam dua tahun terakhir ini tercatat sebanyak “dua juta” wanita melakukan ABORSI (pengguguran kandung) 750 ribu di antaranya remaja belum menikah. “Dan kalau dibandingkan dengan angka kelahiran pertahunnya maka jumlah “dua juta janin yang mati” karena aborsi tersebut adalah amat sangat luar biasa. Dan jika ini terus diurut, maka jumlah yang akan didapat tentunya akan jauh lebih besar lagi, sungguh penjagalan besar-besaran terhadap cikal bakal umat manusia tengah merajalela, inilah gambaran betapa telah hancurnya moral generasi muda kita, betapa karena mengejar nikmat dunia -yang sekejap mata- kasih sayang seorang bunda berubah menjadi bara api panas yang membakar anak-anaknya dan sebaliknya anak kandung nya berani memperkarakan orang tua kandungnya dipengadilan.na’uzubillahi min zaalik….
         Di era globalisasi dan modernisasi tersebut, kita tidak ada jalan keluar untuk lari dan selamat dari fitnah ini, tidak ada petunjuk penyelesaian melainkan di ujungnya kesesatan yang menambah kebinasaan, kecuali petunjuk dan jalan keluar yang ditawarkan oleh agama Islam, yaitu: Taqwa kepada Allah, sebagaimana yang dijanjikan di dalam surat Ath-Thalaq ayat 2 dan 4,
Allah berfirman:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا

Barangsiapa bertakwa kepada Allah (Maka Allah) akan mengadakan baginya jalan keluar dari setiap kesulitan.”
Juga firman-Nya:
وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya kemudahan dalam setiap urusan.”
     Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
     Takwa adalah barometer keimanan seorang muslim. Dengan takwa mata hati akan terbuka untuk melihat dan menerima kebenaran serta menolak dan menjauhi kemungkaran. Sebagai-mana firmanNya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَتَّقُوا اللهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan pembeda (antara al-haq dengan al-batil) bagimu.” (QS. Al-Anfal: 29).

Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat ini: “Karena barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, dengan mengerjakan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-laranganNya niscaya diberi taufik (bimbingan) untuk mengetahui yang hak dari yang batil.
       Namun sayang, tidak semua orang yang mengaku Islam ....itu beriman, sebagaimana tidak semua orang yang beriman..…itu bertakwa. Kata takwa atau “takut kepada Allah” sering kita dengar bahkan sering meluncur dari lidah kita, seakan menjadi bahasa yang datar tanpa makna. Takut kepada Allah tidak lagi menjadi rasa, tetapi hanya sekedar menjadi bahasa.
       Sebagian besar umat manusia, termasuk umat Islam dewasa ini sudah kehilangan rasa takut kepada Allah, kepada ancaman-ancaman yang dahsyat bagi orang-orang yang maksiat, kepada kemungkinan-kemungkinan bahwa diri kita terjerembab dalam azab dunia lebih-lebih siksa kubur dan azab akhirat. Namun justru sebaliknya, sebagian di antara kita cenderung takut kepada orang atau benda  yang dikeramatkan, jin, setan dan lain-lain.
        Diterangkan di dalam kitab Fathul Majid halaman 301 sampai 303 dan al-Qaulus Sadid halaman 116 sampai 117, diterangkan bahwa: Takut semacam ini adalah termasuk dosa besar, tercela bahkan termasuk syirik akbar yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam.
       Adapun seseorang yang melakukan amalan haram atau meninggalkan amalan wajib karena takut kepada manusia, hal ini termasuk syirik ashghar yang meniadakan kesempurnaan tauhid.
       Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah yang dishahihkan oleh al-Albani di dalam shahihul jami’ halaman 1814. Rasulullah shalallaahu alaihi wa salam bersabda:
لاَ يَحْقِرَنَّ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ أَنْ يَرَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ فِيْهِ مَقَالاً ثُمَّ لاَ يَقُوْلُهُ فَيَقُوْلُ اللهُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَقُوْلَ فِيْهِ فَيَقُوْلُ رَبِّ خَشِيْتُ النَّاسَ فَيَقُوْلُ وَأَنَا أَحَقُّ أَنْ يُخْشَى.
Yang artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian menghinakan dirinya, yaitu jika ia melihat satu perkara yang menjadi hak Allah dan menjadi kewajibannya untuk dibicarakan, kemudian dia tidak membicarakannya. Maka Allah akan bertanya (padanya di hari Kiamat) ‘Apa yang menghalangimu untuk mengatakannya’ Kemudian dia akan menjawab, ‘Rabbku, aku takut kepada manusia’. Maka Allah berkata, ‘Hanya Akulah yang paling berhak engkau takuti’.”
Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah.
Oleh karena itu, di dalam surat Ali Imran ayat 175 Allah berfirman:
إِنَّمَا ذَالِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَآءَهُ فَلاَتَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِن كُنتُمْ مُّؤْمِنِينَ
Yang artinya; “Sesungguhnya itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kamu dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu jika kamu orang-orang yang beriman.”

       jika kita memang beriman kepada kebesaran Allah, kalau benar kita bertauhid kepada keesaan Allah, mengapa kita perlu ragu bahwa suatu saat nanti Allah akan membangkitkan kita setelah kematian, lalu menghisab amal perbuatan kita sekecil apapun kebaikan dan kejahatan yang pernah kita lakukan di dunia ini. Lalu terhadap orang-orang yang tidak beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan kitab amalannya dari sebelah kiri, maka mereka termasuk orang-orang yang merugi. Na’udzu billah min dzalik.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya tentang ayat .
ثُمَّ فِي سِلْسِلَةٍ ذَرْعُهَا سَبْعُونَ ذِرَاعًا فَاسْلُكُوهُ
Kemudian masukkanlah ia ke dalam rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS. Al-Haqqah: 32).

Tentang arti (فاسلكوه): Ibnu Katsir mengemukakan perkataan Ibnu Juraij bahwa Ibnu Abbas berkata: Besi rantai itu dimasukkan dari arah duburnya, lalu keluar melalui mulutnya, kemudian para pesakitan ini ditata dalam besi rantai tersebut seperti belalang yang ditusuk berjajar dengan kayu ketika dipanggang dengan api.
Syaikh al-Allamah Abdur Rahman bin Nasir as-Sa’di seorang tokoh ulama dari Saudi yang wafat pada tahun 1376 H, dalam tafsirnya Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, juz II , tentang ayat tersebut menerangkan bahwa: Mata rantai itu berasal dari Neraka Jahim yang panasnya mencapai puncak panas. Kemudian artinya ialah: susunlah para pesakitan (orang-orang tidak beriman) ini ke rantai tersebut dengan cara: rantai tersebut dimasukkan melalui duburnya hingga keluar dari mulutnya kemudian gantunglah padanya.
Maka orang sengsara ini terus-menerus disiksa dengan siksaan yang sedemikian mengerikan ini, betapa dahsyat siksaan itu terhadap dirinya, betapa menyesalnya dia dengan penghinaan yang sedemikian rupa, sesungguhnya sebab yang menjadikannya sampai pada kedudukan demikian ialah karena:
إِنَّهُ كَانَ لاَيُؤْمِنُ بِاللهِ الْعَظِيمِ
Sesungguhnya dia dahulu (di dunia) tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.” (QS. Al-Haqqah: 33).
Ia tidak menunaikan apa yang menjadi hak Allah, tidak bertaqwa dan tidak beribadah kepadanya (Tafsir Ibnu Katsir, IV/536).
Ia kafir kepada Rabbnya, menentang Rasul-Nya dan menolak kebenaran yang dibawa oleh RasulNya tersebut. (Tafsir al-Karim ar-Rahman, juz II).
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْازًا عَظِيْمَا. أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 SUMBER : Kumpulan Khutbah Jum'at Masjid Nur Hidayah (Tanah Mas) 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KHUTBAH JUM'AT (Taqwa Solusi Islam Mengatasi Ekses Modernisasi)"

Post a Comment

الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)