KHUTBAH ‘IDUL ADHA (Bersikap Memerlukan Pengorbanan )
KHUTBAH ‘IDUL ADHA
KHUTBAH PERTAMA
أَللهِ أَكْبَرُ.... × 9 ولله
الحمد
اَلْحَمْدُ للهِ
الَّذِي جَعَلَ اَلاَعْياَدَمُرَسَّماًلِلْخَيْراتِ,وَجَعَلَ لَنَا ماَفِى
الْارْضِ جَمِيْعًا لِلْعَمَّاراتِ وزَرْعِ اْلحَسَنَاتِ,أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ
اِلاّ اللهُ الْخَالِقُ اْلاَرضِ وَالّسّمَــوَاتِ, وَاَشْهَدُ اَنْ مُحَمَّدً رَسُوْلُ
اللهِ الدّاعِى الــىَ دِيْنِهِ باَوْضَعِ اْلبَيِّنَاتِ,اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّم
وباركْ عل محمد سيّدُ الكائِنَاتِ وعلــى أ ـ لهِ واصحابهِ واْلمُجْتَهِدِينَ
بِنَشْرِالدّيْنَ واِزَالَةِ الْمُنْكَرَاتِ,
أَمَّابَعْدُ:فَيَا
عِبَادَاللهِ اتَّقُ االله فَاِنَّ خَيْرَالذَّادِالتَّقْوَى.
hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1436 H seluruh umat
Islam di seluruh dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari
sebelumnya, 9 Dzulhijah 1436 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah haji wukuf
di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai lambang
kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar satu bangsa dengan bangsa yang lainnya
kecuali takwa kepada Allah.
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al-Hujuraat 13
Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari
peristiwa bersejarah ribuan tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh
ketaqwaan, memenuhi perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan
disayanginya, Nabi Ismail as. Atas
kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh Nabi Ibrahim as
telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa itulah yang
kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan seorang manusia
mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada Allah swt diwujudkan
dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas, menyerahkan sepenuhnya kepada
sang Pencipta dari apa yang ia percaya sebagai sebuah keyakinan.
Allah swt berfirman dalam Qur’an Surat Yusuf ayat 111,
ôs)s9 c%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVÏtn 2utIøÿã `Å6»s9ur t,ÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷yt @ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sã ÇÊÊÊÈ
Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Qs. Yusuf : 111
Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi
Ibrahim AS. Beliau harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat
disayang. Namun dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah
Allah swt Nabi Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra tercintanya Ismail, beliau
memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan dalam Al Quran Surat Ash
Shaafaat ayat 102,
$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»t þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2ør& öÝàR$$sù #s$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»t ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang
sabar".
Ismail sebagai anak shaleh, senantiasa patuh kepada orang
tua, tidak pernah membantah perintah orang tua, setia membantu orang tua di
antaranya membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.
hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri.
Dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama
mengistilahkannya an-nahr sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar : 2,
Èe@|Ásù y7În/tÏ9 öptùU$#ur ÇËÈ
Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah[1605].
[1605]
Yang dimaksud berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan mensyukuri
nikmat Allah.
Akan tetapi, pengertian korban bukan sekadar menyembelih binatang korban dan dagingnya kemudian disedekahkan kepada fakir miskin. Akan tetapi, secara filosofis, makna korban meliputi aspek yang lebih luas. Dalam konteks sejarah, dimana umat Islam menghadapi berbagai cobaan, makna pengorbanan amat luas dan mendalam. Sejarah para nabi, misalnya Nabi Muhammad dan para sahabat yang berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini memerlukan pengorbanan. Sikap Nabi dan para sahabat itu ternyata harus dibayar dengan pengorbanan yang teramat berat yang diderita oleh Umat Islam di Mekkah ketika itu. Umat Islam disiksa, ditindas, dan sederet tindakan keji lainnya dari kaum kafir quraisy. Rasulullah pernah ditimpuki dengan batu oleh penduduk Thaif, dianiaya oleh ibnu Muith, ketika leher beliau dicekik dengan usus onta, Abu Lahab dan Abu Jahal memperlakukan beliau dengan kasar dan kejam. Para sahabat seperti Bilal ditindih dengan batu besar yang panas ditengah sengatan terik matahari siang, Yasir dibantai, dan seorang ibu yang bernama Sumayyah,ditusuk kemaluan beliau dengan sebatang tombak.
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-kulit sepatu bekas.
Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah
sumur tua oleh para saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau
menegakkan kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya
dari Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.
Qur’an Surat Ibrahim Ibrahim ayat 12
-13
$tBur !$oYs9 wr& @2uqtGtR n?tã «!$# ôs%ur $uZ1yyd $oYn=ç7ß 4 cuÉ9óÁuZs9ur 4n?tã !$tB $tRqßJçF÷s#uä 4 n?tãur «!$# È@©.uqtGuù=sù tbqè=Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊËÈ tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿ2 öNÎgÎ=ßãÏ9 Nà6¨Yy_Ì÷ãZs9 ô`ÏiB !$uZÅÊör& ÷rr& cßqãètFs9 Îû $uZÏG¯=ÏB ( #Óyr÷rr'sù öNÍkös9Î) öNåk5u £`s3Î=ökß]s9 úüÏJÎ=»©à9$# ÇÊÌÈ
12. Mengapa Kami tidak akan bertawakkal kepada Allah Padahal Dia
telah menunjukkan jalan kepada Kami, dan Kami sungguh-sungguh akan bersabar
terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. dan hanya kepada
Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu, berserah diri".
13. Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka:
"Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri Kami atau kamu
kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada
mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang- orang yang zalim itu,
Dalam konteks kekinian, pengorbanan umat Islam di
berbagai belahan dunia terlihat nyata di Palestina, Kashmir, Thailand Selatan,
dan Philipina Selatan. Dengan sikap dan keyakinan mereka terhadap Islam, mereka
harus mengalami berbagai penyiksaan dan penindasan oleh penguasa. Umat Islam di
Palestina menjadi gambaran betapa pengorbanan yang dipikul sangat berat. Mereka
mengalami penyiksaan, penganiayaan, dan bahkan blokade di kawasan Jalur Gaza
oleh Israel laknatullah. Akan
tetapi, umat Islam di Palestina tidak ada kata menyerah. Mereka terus berjuang
membela martabat dan kehormatan bangsa dan agamanya. Sama halnya dengan yang
terjadi di kawasan lain dunia.
hadirin jama’ah shalat Idul Adha Rahimakumullah,
Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa
dilihat dari pengorbanan seorang
pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya, pengorbanan seorang
isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya, anak terhadap kedua
orang tuanya.
Seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya dan
berusaha memberikan kontribusinya bagi negaranya adalah wujud pengorbanan.
Seorang suami sebagai kepala rumah tangga berjuang membanting tulang demi
menafkahi dan membahagiakan keluarganya. Seorang istri mengabdi setia kepada
suaminya juga sebagai wujud pengorbanan. Orang tua yang mendidik dan
membesarkan anak-anaknya sehingga menjadi berhasil, adalah juga wujud
pengorbanan.
Dengan demikian, pengorbanan bisa berdimensi luas. Pengorbanan adalah
sebagai sebuah konsekuensi logis dari keyakinan yang diperjuangan demi sebuah
kebenaran.
(#þqä9$s%ur bÎ) ÆìÎ6®K¯R 3yçlù;$# y7yètB ô#©ÜytGçR ô`ÏB !$uZÅÊör& 4 öNs9urr& `Åj3yJçR óOßg©9 $·Btym $YZÏB#uä #Ót<øgä Ïmøs9Î) ßNºtyJrO Èe@ä. &äóÓx« $]%øÍh `ÏiB $¯Rà$©! £`Å3»s9ur öNèdusYò2r& w cqßJn=ôèt ÇÎÐÈ
Dan mereka berkata: "Jika Kami mengikuti petunjuk
bersama kamu, niscaya Kami akan diusir dari negeri kami". dan Apakah Kami
tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman,
yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan)
untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS Al-
Qashas:57)
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul
Adha Rahimakumullah,
Sekedar merenungi
kembali momentum Idul Qurban,
Kesanggupan Nabi Ibrahim menyembelih anak kandungnya sendiri Nabi Ismail, bukan
semata-mata didorong oleh perasaan taat setia yang membabi buta (taqlid),
tetapi meyakini bahwa perintah Allah s.w.t. itu harus dipatuhi. Bahkan, Allah
Taala memberi perintah seperti itu sebagai peringatan kepada umat yang akan
datang bahwa adakah mereka sanggup mengorbankan diri, keluarga dan harta benda
yang disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup
memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi?
Hidup adalah satu perjuangan dan
setiap perjuangan memerlukan pengorbanan. Tidak akan ada pengorbanan tanpa
kesusahan. Justeru kesediaan seseorang untuk melakukan pengorbanan termasuk
uang satu rupiah, tenaga dan waktu, akan benar-benar menguji keimanan
seseorang.
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun, agama bangsa dan negara.
باَرَكَ
اللهُ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَالسَّمِعُ العَلِيْمُ.
0 Response to "KHUTBAH ‘IDUL ADHA (Bersikap Memerlukan Pengorbanan )"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)