KHUTBAH JUM'AT (Menyambut Bulan Ramadhan)
Berdakwah bersama Khutbahppsh.com
Hadirin
jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.
Marilah pada saat yang berbahagia ini, saya mengajak kita semua, untuk bersama-sama berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. yakni dengan senantiasa memperhatikan dengan sungguh-sungguh sekaligus melaksanakan dengan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah SWT dan meninggalkan apa yang menjadi laranganNya, sehingga kelak kita termasuk ke dalam golongan hamba-hambaNya yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat, amin-amin ya rabbal ‘alamin.
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah
Sebentar lagi tamu kita yang mulia bulan Ramadhan akan segera tiba menyapa kita. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Kenapa dikatakan demikian? tak lain karena di dalam bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do’a-do’a dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya, rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun tidak mengambil sesuatu darinya (yakni dengan menggunakannya sebagai moment meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT).
Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, apa yang menjadi Tujuan Akhir dari puasa ramadhan ini, yakni derajat “Ketaqwaan” dapat kita raih. Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang – sebagaimana hadits yang diriwayatkan an-Nasa’i dari Abu Hurairah
Pengertian di atas sesuai dengan makna filosofis bulan Ramadhan, yaitu membakar dosa-dosa yang pernah dilakukan dengan menahan makan dan minum dan apa-apa yang membatalkannya. Juga dapat dianalogikan, untuk membuat sesuatu lebih terbakar adalah dengan menghimpitnya di antara dua batu (karang) lembut, lalu memukul-mukul sifat (buruk)-nya sendiri di antara dua batu (karang), yakni lapar dan haus. Rasulullah SAW, bersabda, “dinamakan bulan Ramadhan karena ia cenderung membakar dosa-dosa.”
Sumber : Kumpulan Khutbah Jum'at ponpes sabilul hasanah Palembang
KHUTBAH PERTAMA
ألْحَمْدُلِلّهِ
الّذِيْ جَعَلَ شَهْرَ رَمَضَانَ غُرَّةَ وَجْهِ الْعَامِ. وَشَرَّفَ أَوْقَاتَهُ
عَلَى سَائِرِ الأَوْقَاتِ, وَفَضَّلَ أَيَّامَهُ عَلَى سَائِرِ الأَيَّامِ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شهادَةَ مَنْ
قَالَ رَبِّيَ اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامَ, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصِامَ. اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى
عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ وعَلى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ
وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَِ
تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ.
Marilah pada saat yang berbahagia ini, saya mengajak kita semua, untuk bersama-sama berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT. yakni dengan senantiasa memperhatikan dengan sungguh-sungguh sekaligus melaksanakan dengan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah SWT dan meninggalkan apa yang menjadi laranganNya, sehingga kelak kita termasuk ke dalam golongan hamba-hambaNya yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat, amin-amin ya rabbal ‘alamin.
Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah
Sebentar lagi tamu kita yang mulia bulan Ramadhan akan segera tiba menyapa kita. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Kenapa dikatakan demikian? tak lain karena di dalam bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, do’a-do’a dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya, rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya, namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya, namun tidak mengambil sesuatu darinya (yakni dengan menggunakannya sebagai moment meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT).
Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkatkan diri kepada Allah swt. Dengan demikian, apa yang menjadi Tujuan Akhir dari puasa ramadhan ini, yakni derajat “Ketaqwaan” dapat kita raih. Untuk itulah, Rasulullah SAW tak lupa berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang – sebagaimana hadits yang diriwayatkan an-Nasa’i dari Abu Hurairah
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
: أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ
صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ
الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ …… (سنن النسائي الجزأ 7 ص. 256 : (2079))
Dari sahabat Abu Hurairah r.a. beliau berkata, bahwa Rasulullah
telah bersabda : “Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang
penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk
berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu
neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah
malam yang lebih baik dari seribu bulan.(HR. An-Nasa’i)
Selain itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah do’a yang
dipanjatkan menjelang datangnya Ramadhan, yakni : Allahuma bariklana fii
Rajaba wa Sya’bana, wa ballighna Ramadlana… (ya Allah berkahi kami di bulan
Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami pada Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).
Oleh karena itu, marilah kita sambut kedatangan bulan Ramadhan
dengan penuh suka cita “Marhaban Ya Ramadhan (selamat datang bulan Ramadhan),
kami sambut kedatanganmu dengan penuh suka cita.”
Prof. Dr. Quraish Shihab, ulama Tafsir dari Indonesia lulusan
Universitas Al-Azhar Mesir menjelaskan bahwa kata “marhaban” terambil dari akar
kata “rahb” (رَحْبٌ) yang berarti (وَاسِعٌ, رَحِيْبٌ) “luas atau lapang”,
sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu yang datang disambut dan diterima
dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya tempat yang
luas untuk melakukan apa saja yang dia inginkan.
Dari kata ini, terbentuk kata “rahbah” yang antara lain, diartikan
sebagai “ruangan luas untuk mobil,” guna memperoleh perbaikan atau kebutuhan
bagi kelanjutan perjalanannya. “Marhaban Ya Syahra Ramadhan” berarti, “kami
menyambutmu dengan penuh kegembiraan dan kami persiapkan untukmu tempat yang
luas agar engkau bebas melakukan apa saja, yang berkaitan dengan upaya mengasah
dan mengasuh jiwa kami.”
Dalam bahasa Arab bulan disebut dengan “syahr”(الشَّـهْرُ) yang bermakna “terkenal” atau populer. Orang Arab biasanya
menamai bulan sesuai dengan keadaan di mana bulan itu berlangsung. Karena pada
masa turunnya perintah puasa adalah musim panas yang terik, maka bulan itu dinamai
“Ramadhan” yang akar katanya dari “Ramidha” (رَمِضَ) yang berarti “sangat panas, membakar” disebabkan panas matahari yang
luar biasa menyinari pasir-pasir gurun. Ada juga pengertian lain yaitu “batu
(karang) yang membakar.”
Hadirin
jama’ah shalat jum’at rahimakumullahPengertian di atas sesuai dengan makna filosofis bulan Ramadhan, yaitu membakar dosa-dosa yang pernah dilakukan dengan menahan makan dan minum dan apa-apa yang membatalkannya. Juga dapat dianalogikan, untuk membuat sesuatu lebih terbakar adalah dengan menghimpitnya di antara dua batu (karang) lembut, lalu memukul-mukul sifat (buruk)-nya sendiri di antara dua batu (karang), yakni lapar dan haus. Rasulullah SAW, bersabda, “dinamakan bulan Ramadhan karena ia cenderung membakar dosa-dosa.”
Berikut ini adalah beberapa sikap terpuji yang dilakukan para
ulama sholeh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang pantas
diteladani:
Pertama,
kita harus menyambut Ramadhan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Yahya bin Abi
Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:
اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ
“Ya Allah sampaikanlah aku dengan selamat ke Ramadhan, selamatkan
Ramadhan untukku dan selamatkan aku hingga selesai Ramadhan”.
Sampai kepada Ramadhan adalah kebahagiaan yang luar biasa bagi
mereka, karena pada bulan itu mereka bisa mendapatkan nikmat dan karunia Allah
yang tidak terkira.Tidak mengherankan jika kemudian Nabi saw dan para sahabat
menyambut Ramadhan dengan senyum dan tahmid, dan melepas kepergian Ramadhan
dengan tangis.
Kedua, dengan pengetahuan yang dalam. Puasa Ramadhan merupakan
salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. Ibadah puasa
mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna.
Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan
wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut
dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap muslim,
minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Persepsi dan pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadhan akan
menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadhan
disebabkan oleh ketidaktahuan kita. Persepsi yang utuh tentang keutamaan
Ramadhan akan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani
ibadah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, pada bagian ini,
persiapan-persiapan yang bisa dilakukan adalah dengan banyak bertanya, belajar
dan membaca. Orang akan mampu mengerjakan sesuatu dengan sempurna dan riang
gembira jika ia tahu dengan pasti apa alasan, tujuan dan manfaat di balik
sesuatu yang ia kerjakan.
Ketiga, dengan doa. Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia
dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan
nafsu untuk perbuatan jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam lailatul
qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Keterbatasan manusia mengharuskannya
untuk selalu berdo’a agar optimis melalui bulan Ramadhan.
Empat, dengan tekad dan planning yang matang untuk mengisi
Ramadhan. Niat dan azam adalah bahasa lain dari planning atau perencanaan.
Orang-orang soleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadhan dengan
cermat dan optimis. Berapa kali dia akan mengkhatamkan membaca al-Quran, berapa
kali sholat malam, berapa akan bersedekah dan membari makan orang berpuasa,
berapa kali kita menghadiri pengajian dan membaca buku agama. Itulah planning
yang benar mengisi Ramadhan, bukan hanya sekedar memplaning atau merencanakan
menu makan dan pakaian kita untuk Ramadhan, tapi lebih diarahkan ke perencanaan
yang matang untuk meningkatkan kualitas ibadah kita di bulan Ramadhan.
Kelima, Persiapan Ruh dan Jasad Rasulullah SAW dan orang-orang
shalih tidak pernah menyia-nyiakan keutamaan Ramadhan sedikitpun. Rasulullah
dan para sahabat memperbanyak puasa dan bersedekah pada bulan Sya’ban sebagai
latihan sekaligus tanda kegembiraan menyambut datangnya Ramadhan. Anas bin
Malik r.a. berkata, ”ketika kaum muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk
membaca Alquran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang
berpuasa.”
Dengan mengondisikan diri pada bulan Sya’ban untuk berpuasa,
bersedekah dan memperbanyak ibadah, kondisi ruhiyah akan meningkat, dan tubuh
akan terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika memasuki
bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat
langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang
dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak fisik dan proses
penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali
berpuasa, seperti lemas, demam dan sebagainya.
Rasulullah SAW senantiasa melakukan puasa sunnah bulan Sya’ban,
bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan beliau kadang melakukannya sebulan
penuh. Dalam sebuah hadits disebutkan :
أَخْرَجَ
النَّسَائِيُّ وَأَبُو دَاوُدَ وَصَحَّحَهُ اِبْن خُزَيْمَةَ عَنْ أُسَامَة بْن
زَيْدٍ قَالَ ” قُلْت يَا رَسُول اللَّه لَمْ أَرَك تَصُومُ مِنْ شَهْر مِنْ
الشُّهُور مَا تَصُوم مِنْ شَعْبَان ، قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاس
عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَان ، وَهُوَ شَهْر تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَال إِلَى
رَبّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ ” (فتح
الباري لابن حجر (باب صوم شعبان), الجزأ السادس, ص : 238)
Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya:
“Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain
sebanyak puasa di bulan Sya’ban ini? Beliau saw menjawab: “Itulah bulan yang
dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal
perbuatan kepada Allah swt Rabbul ‘Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang
aku dalam keadaan berpuasa.” (HR An-Nasa-i).
Keenam, Persiapan Materi. Kemudian yang harus kita perhatikan
menyongsong bulan Ramadhan adalah persiapan finansial atau materi. Persiapan
materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang
mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang
diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Ramadhan
merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara). Sangat dianjurkan
memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat
besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa,
sekalipun sekedar sebiji kurma dan seteguk air. Kedermawanan Rasulullah saw
pada bulan Ramadhan sangat besar. Digambarkan dalam beberapa riwayat bahwa
sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata,
lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda-benda di sekitarnya.
Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga kiranya kita
memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara
maksimal, menyongsong datangnya bulan Ramadhan besok, amin, amin ya Robbal
‘alamin…..
أعوذبالله من
الشيطان الرّجيم. بسم الله الرّحمن الرّحيم يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
أَيَّامًا
مَّعْدُودَاتٍ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ
أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَن
تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ وَأَن تَصُومُواْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن
كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ
العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ
تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌSumber : Kumpulan Khutbah Jum'at ponpes sabilul hasanah Palembang
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT (Menyambut Bulan Ramadhan)"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)