Khutbah Jum’at: ( Memetik Hikmah di Balik Musibah)
الحَمْدُ ِللهِ الوَاحِدِ القَهَّارِ،
الحَلِيْمِ الكَرِيْمِ السَّتَّارِ، المُنَزَّهِ عَنِ الشَّبِيْهِ وَالشَّرِيْكِ
وَالإِنْظَارِ. انْفَرَدَ بِالوَحْدَانِيَّةِ, وَتَقَدَّسَ فِي ذَاتِهِ
العَلِيَّة, وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ. أَحْمَدُهُ حَمْدَ
عَبْدٍ مُعْتَرِفٍ بِالذُّلِّ وَالإنْكِسَارِ. وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ مَنْ صَرَّفَ
جَوَارِحَهُ فِي طَاعَةِ رَبِّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً
تُنْجِي قَائِلُهَا مِنَ النَّارِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
النَّبِيُّ المُخْتَارُ ، صَلاَةُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ اْلأطْهَارْ ،
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهَ اْلكَرِيْمِ : وَلاَ تُفْسِدُوْا فِي
اْلأرْضِ بَعْدَ إصْلاَحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إنَّ رَحْمَةَ اللهِ
قَرِيْبٌ مِنَ اْلمُحْسِنِيْنَ ، أمَّابَعْدُ : ياَأَيُّهاَ النَّاسُ اتَّقُوالله
حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوتُنَّ إِلاَّوَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hadirin Sidang Jum’ah, yang dimuliakan Allah
SWT.
Marilah
kita bersama berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt, dalam arti
meningkatkan kesungguhan kita untuk melaksanakan perintah-perintah Allah SWT
dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Mudah-mudahan kita
senantiasa termasuk golongan hamba yang mendapatkan petunjuk di jalan
kebenaran.
Hadirin Rahimakumullah.
Dalam
beberapa tahun terakhir, banyak sekali musibah yang melanda negeri kita. Dari
amukan angin topan, banjir bandang, tanah longsor, hingga gempa bumi dan
jebolnya tanggul-tanggul penahan air.
Alam
seolah begitu murka dengan keserakahan umat manusia yang dengan rakus
mengeksploitasinya tanpa henti.
Setidaknya, dari beberapa peristiwa ini kita dapat memetik hikmah
mengapa musibah selalu saja menimpa kita. Mungkin kita akan menemukan banyak
sekali pendapat mengapa ini terjadi. Para ahli geologi, barangkali akan
mengatakan, “Ini hanya peristiwa alam biasa.” Mungkin para dukun juga akan
mengatakan, “kejadian-kejadian tersebut adalah penanda pergantian zaman.” Namun
yang demikian adalah pendapat, sah-sah saja jika kita percaya, namun tidak
wajib kita imani.
Hadirin
yang dirahmati Allah
Terlepas
dari segala kelakuan dan antisipasi manusia, dalam pandangan al-Qur’an,
musibah-musibah adalah merupakan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah
SWT. Taqdir yang telah digariskan oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah
dalam surat at-Taubat ayat 51:
قُلْ
لَنْ يُصِيْبَنَا إلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَاْليَتَوَكَّلِ
اْلمُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah:
Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh
Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang
yang beriman harus bertawakkal”
Pada
ayat ini, Allah menegaskan bahwa, setiap peristiwa yang terjadi semuanya telah
digariskan Allah. Dan hanya kepada Allah, kita berlindung.
Lalu
mengapakah Allah menimpakan bencana kepada umat-Nya? Umat yang mengimani dan
menyembah-Nya dalam ajaran yang benar dan hak? Mengapa bukan orang-orang kafir
saja ditumpas dengan bencana? Jawabnya adalah, karena di balik setiap takdir,
pastilah terdapat makna yang tersembunyi. Termasuk dalam beberapa musibah yang
melanda kita. Dan bagi saudara-saudara kita yang tertimpa musibah namun masih
hidup setidaknya dapat memetik hikmah atas apa yang menimpa mereka.
Mereka
yang lolos dari bencana adalah orang-orang yang beruntung karena masih sempat
ditegur oleh Allah SWT. Mereka yang lolos masih diberi kesempatan oleh Allah
untuk memperbaiki kualitas ketaqwaan, keimanan dan hidupnya. Mereka masih
sempat meminta ampunan kepada Allah SWT atas segala kesalahan serta berbuat
kebajikan sepanjang sisa hidupnya untuk menghapuskan dosa.
Bencana
menjadi teguran bagi mereka yang selamat, demikian pula bagi mereka yang berada
jauh dari tempat kejadian. Orang-orang yang tidak terkena bencana, mendapatkan
cobaan dari dampak bencana. Mereka yang sentosa berkewajiban menolong yang
kepayahan. Mereka yang hidup berkewajiban menyelenggarakan jenazah bagi yang
meninggal. Mereka yang masih memiliki banyak harta, berkewajiban memberikan
makanan dan pakaian serta menolong dengan segenap kemampuan kepada mereka yang
kehilangan segalanya. Memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi
pakaian kepada mereka yang telanjang dan memfasilitasi mereka yang kehilangan
tempat tinggal.
Rasulullah
SAW bersabda, ”Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari
kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat;
barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan
urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim,
Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan
menolong hambanya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Dalam
hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda :
حَقُّ
الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا
لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ
لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا
مَاتَ فَاتَّبِعْه
“Hak
seorang Muslim atas seorang Muslim yang lain ada enam.” Di antara para sahabat,
Ada yang bertanya, ‘Apa saja ya Rasululllah?’ Beliau menjawab, ”Bila kamu berjumpa dengannya ucapkan salam,
jika ia mengundangmu penuhilah, jika ia meminta nasihat kepadamu nasihatilah,
jika ia bersin dan memuji Allah hendaknya kamu mendoakannya, dan jika ia sakit
jenguklah, dan jika ia mati antarkanlah jenazahnya….” (HR Muslim)
Hadirin
Sidang Jum’ah yang Dimuliakan oleh Allah
Bencana
adalah juga sebuah teguran dari Allah kepada orang-orang beriman, namun lalai
menjalankan perintah-Nya. Peringatan dari allah ini sudah seringkali tampak
melalui beberapa peristiwa serupa yang seringkali melanda negeri kita. Namun
selalu saja kita belum bisa memperbaiki diri, sikap dan perbuatannya. Padahal
beberapa musibah yang terjadi ini adalah akibat dari perbuatan dan ulah kita
sendiri sebagai bangsa.
Jika
alam di negeri kita rusak, siapakah yg merusaknya? Tentu adalah kita sendiri
yang merusaknya. Bukan negara lain, karena takkan ada negeri lain dapat merusak
negara kita kecuali kita sendiri yang mengijinkan mereka.
Allah
SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41.
ظَهَرَ الفَسَادُ فِيْ الُبَرِّ وَاْلبَحْرِ
بِمَا كَسَبَتْ أيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ اَّلذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُوْنَ
“Telah
nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan lepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).”
Adapun
bagi kita semua, rentetan musibah yang terjadi hendaklah menjadi tadzkirah
(pengingat) bahwa bencana memilukan tersebut dapat terjadi ditempat kita jika
Allah SWT menghendaki. Seharusnyalah bagi kita untuk selalu berdo’a,
bertaqarrub, dan beristighfar semoga Allah SWT selalu menganugerahkan
keselamatan dan ampunan bagi kita semua.
Dan
jika demikian, maka Allah memberi
peringatan kepada kita supaya kembali ke jalan yang benar. Perbuatan manusialah
yang selama ini banyak merusak ekosistem dan lingkungan. Manusia yang serakah,
selalu mengeksploitasi alam dan banyak menyebabkan kerusakan lingkungan.
Peringatan dari Allah yang berupa bencana menunjukkan bahwa Allah masih sayang
kepada hamba-hamba-Nya dan menghendaki mereka untuk kembali ke jalan yang
diridloi-Nya.
Karena,
kerusakan alam selalu mengakibarkan kerugian bagi warha di sekelilingnya,
terutama rakyat kecilnya. Karenanya, siapa yang lebih kuat harus melindungiu
yang lemah. Siapa yang berkelonggaran harus menolong yang sedang dalam
kesusahan dan siapa yang selamat harus bersedia menolong kepada saudaranya yang
terkena musibah.
Mestinya
kita takut jika tidak menolong, padahal kita mampu, mestinya kita malu kepad
Allah jika tidak membantu saudara-saudara yang sedang kesusahan, apdahal kita
sedang banyak memiliki kelonggaran. Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لاَ يَهْتَمْ بِأُمُوْرِ
اْلمُسْلِمِيْنَ
“Tidaklah
termasuk golongan kita, mereka yang tidak peduli dengan persoalan-persoalan
umat Islam.”
Dengan
demikian, maka umat akan persatuan dan kesatuan umat Islam akan semakin kokoh
selepas berlalunya bencana, jika kita dapat menyadari bahwa selalu ada hikmah
di balik setiap kejadian yang tampak mengerikan. Bencana merupakan ujiana bagi
umat Islam, sudahkah mereka mencadi seperti penggambaran Rasulullah SAW?
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ
يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang
Islam yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling
menguatkan.”
Maka
akhirnya, marilah kita doakan semoga saudara-saudara kita yang telah dipanggil
oleh Allah dalam bencana-bencana di negari ini adalah meninggal dalam keadaan
syahid. Bagaimana pun juga salah satu tujuan Allah mewafatkan mereka dalam
bencana adalah untuk mewafatkan mereka dalam kondisi mati syahid. Karena mereka
yang meninggal dalam kondisi mati kejatuhan reruntuhan, tenggelam, terbakar,
melahirkan, mati dalam merasakan sakit perut adalah masuk dalam kategori mati
syahid, selama mereka mengalami naza’ (syakarotul maut) dengan tetap teguh
memegang keimanan kepada Allah SAW. Amin Allahumma Amin
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ
إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
SUMBER : www.nu.or.id
0 Response to "Khutbah Jum’at: ( Memetik Hikmah di Balik Musibah)"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)