KHUTBAH JUM'AT ( Seribu Satu Sebab Kematian Manusia)
Khutbah Pertama
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ،
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ
عَلَى وَحْيِهِ ومُبلِّغُ النَّاسِ شَرْعَهُ، مَا تَرَكَ خَيْرًا إِلَّا دَلَّ
الْأُمَّةَ عَلَيْهِ وَلَا شَرًّا إِلَّا حَذَّرَهَا مِنْهُ فَصَلَوَاتُ اللهِ
وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ:اَتَّقُوْا
اللهَ تَعَالَى؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ، وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرِ
أُمُوْرِ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ.
وَتَقْوَى
اللهِ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ رَجَاءَ ثَوَابِ اللهِ، وَتَرْكٌ
لِمَعْصِيَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ خِيْفَةَ عَذَابِ اللهِ
.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Manusia hidup di dunia ini telah ditentukan ajalnya, telah dijatah lama kehidupannya.
Dengan berjalannya hari-hari, berlalunya bulan demi bulan, dan bergantinya
tahun-tahun, maka sesungguhnya semua itu mendekatkan manusia kepada ajalnya.
Ironisnya, mayoritas manusia tidak memperhatikan itu, bahkan kebanyakan sibuk
dan menyibukkan diri dengan berbagai urusan dunia yang fana dan melalaikan
akhirat yang kekal selamanya.
Allah Azza wa Jalla berfirman,
بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, sedangkan
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’la: 16-17).
Jika manusia mau mengamati orang-orang yang hidup di sekitarnya, banyak
orang yang dikenalnya telah mendahuluinya menuju alam baka. Di antara kita
sudah ditinggal mati oleh kakek atau neneknya, ayah atau ibunya, kakak atau
adiknya, suami atau istrinya, bahkan anak atau cucunya. Demikian juga
tetangganya, kawan sekolahnya, teman bermainnya, atau kawan kerjanya. Sebagian
sudah mendahului pergi.
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu telah memberikan
nasihat sangat berharga, sebagaimana disebutkan oleh Imam al-Bukhari dalam
kitab Shahih-nya:
ارْتَحَلَتْ
الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتْ الْآخِرَةُ مُقْبِلَةً وَلِكُلِّ وَاحِدَةٍ
مِنْهُمَا بَنُونَ فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الْآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا مِنْ
أَبْنَاءِ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْيَوْمَ عَمَلٌ وَلَا حِسَابَ وَغَدًا حِسَابٌ
وَلَا عَمَلً
“Dunia telah berjalan menjauhi, sedangkan akhirat telah berjalan mendekati.
Dunia dan akhirat memiliki orang-orang (yang memburunya), maka hendaklah kamu
menjadi orang-orang (yang memburu) akhirat, janganlah kamu menjadi orang-orang
(yang memburu) dunia. Karena sesungguhnya hari ini (di dunia) ada amal, dan
belum ada hisab (perhitungan amal), sedangkan besok (akhirat) ada hisah dan
tidak ada amal.” (HR Bukhari).
Sahabat yang mulia ini, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu ,
telah berkata benar, telah memberikan nasihat kepada umat, maka siapakah orang
beruntung yang mau mengambil nasihatnya ?
Banyak faktor yang menjadi penyebab kematian menghadang manusia. Salah satu
di antaranya pasti menimpanya, tidak ada pilihan. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam telah memberitakan hakikat ini dalam banyak hadits, diantaranya:
عَنْ
مُطَرِّفِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الشِّخِّيرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُثِّلَ ابْنُ آدَمَ وَإِلَى جَنْبِهِ
تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ مَنِيَّةً إِنْ أَخْطَأَتْهُ الْمَنَايَا وَقَعَ فِي
الْهَرَمِ
Dari Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhir, dari bapaknya, ia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah diciptakan di
dekat anak Adam sembilan puluh sembilan musibah (sebab kematian). Jika dia
tidak terkena semua musibah itu, dia pasti mengalami ketuaan. (HR Tirmidzi).
Kandungan dari “sembilan puluh sembilan” dalam hadits ini memiliki maksud
yang sangat banyak, bukan membatasi dengan jumlah sembilan puluh sembilan saja.
Sedangkan “maniyyah”, artinya ialah musibah atau kematian, wallahu a’lam.
Ada dua makna yang disebutkan Ulama tentang hadits ini.
Pertama: Sangat banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab kematian
manusia. Seandainya manusia itu berulang kali selamat dari sebab-sebab kematian
yang berupa penyakit, kelaparan, tenggelam, terbakar, dan lainnya, niscaya dia
pasti mengalami ketuaan sampai meninggal dunia.
Kedua: Asal penciptaan manusia tidak terlepas dari musibah, bencana dan
penyakit. Sebagaimana dikatakan oleh sebuah ungkapan:
اَلْبَرَايَا
أَهْدَافُ الْبَلَايَا
“Semua makhluk adalah sasaran musibah.”
Atau seperti dikatakan Ibnu Atha rahimahullah:
مَا دُمْتَ
فِيْ هَذِهِ الدَّارِ لَا تَسْتَغْرِبْ وُقُوْعَ الْأَكْدَارِ
“Selama engkau berada di dunia ini, jangan heran terjadinya
kesusahan-kesusahan.”
Jika seseorang tidak tertimpa semua muisbah itu, dan ini sangat jarang
terjadi, pasti akan ditimpa penyakit paling ganas yang tidak ada obatnya, yaitu
ketuaan. Intinya, dunia adalah penjara seorang mukmin dan surga orang kafir.
Sehingga sepantasnya seorang Mukmin bersabar menghadapi keputusan Allah, ridha
terhadap yang ditakdirkan dan diputuskan Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan, semua penyakit ada
obatnya kecuali ketuaan yang membawa kepada kematian.
عَنْ
أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ تَدَاوَوْا عِبَادَ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُنَزِّلْ
دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ مَعَهُ شِفَاءً إِلَّا الْمَوْتَ وَالْهَرَمَ
Dari Usamah bin Syarik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Hendaklah kamu berobat, wahai hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya
Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan obat bersamanya, kecuali
kematian dan ketuaan”. (HR Ahmad).
Di dalam hadits lain disebutkan:
عَنْ أَبِيِ
سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً أَوْ لَمْ يَخْلُقْ
دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ أَوْ خَلَقَ لَهُ دَوَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ
وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ إِلَّا السَّامَ قَالُوْا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَ مَا السَّامُ؟ قَالَ : الْمَوْتُ
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu , bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit
atau tidak menciptakan penyakit kecuali menurunkan atau menciptakan obat untuknya.
Orang yang telah mengetahuinya dia mengetahui, orang yang tidak mengetahuinya
dia tidak mengetahuinya, kecuali as-saam”. Para sahabat bertanya, “Apakah
as-saam itu?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kematian”.
(HR al-Hakim).
Manusia memiliki beraneka angan-angan sesuai dengan keyakinannya, atau
orang-orang sekitarnya yang mempengaruhinya, atau lainnya. Banyak orang yang
memiliki angan-angan tentang dunia dan kemewahannya; Pekerjaan mudah, rumah dan
mobil mewah, dan perkara wah lainnya. Namun kebanyakan tidak menyadari bahwa
sesungguhnya kematian lebih dekat dari angan-angan.
Oleh karena itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak
mengingatkan kepada umatnya tentang masalah ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah menjelaskan masalah tersebut dengan membuat gambar yang
dituliskan, sehingga hal itu lebih menjadikan gamblang dan menyentuh hati
orang-orang yang memperhatikan. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam hadits
shahih di bawah ini:
عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَطًّا مُرَبَّعًا وَخَطَّ خَطًّا فِي الْوَسَطِ خَارِجًا مِنْهُ
وَخَطَّ خُطَطًا صِغَارًا إِلَى هَذَا الَّذِي فِي الْوَسَطِ مِنْ جَانِبِهِ
الَّذِي فِي الْوَسَطِ وَقَالَ هَذَا الْإِنْسَانُ وَهَذَا أَجَلُهُ مُحِيطٌ بِهِ
أَوْ قَدْ أَحَاطَ بِهِ وَهَذَا الَّذِي هُوَ خَارِجٌ أَمَلُهُ وَهَذِهِ الْخُطَطُ
الصِّغَارُ الْأَعْرَاضُ فَإِنْ أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا وَإِنْ
أَخْطَأَهُ هَذَا نَهَشَهُ هَذَا
Dari Abdullah, ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menggambar persegi empat dan membuat garis yang keluar darinya di tengahnya.
Beliau juga membuat garis-garis kecil ke arah garis yang berada di tengah
tersebut dari arah sampingnya. Beliau bersabda, ‘Ini adalah manusia, dan
(persegi empat) ini adalah ajalnya, mengelilinginya atau telah mengelilinginya.
Sedangkan (garis) yang keluar ini adalah angan-angannya. Dan garis-garis kecil
ini adalah musibah-musibah. Jika ia tidak terkena ini (suatu jenis musibah,
Pen), dia pasti terkena ini (suatu jenis musibah, Pen). Jika dia tidak terkena
ini, dia pasti terkena ini’.” (HR. al- Bukhari).
Ya, manusia tidak akan selamat dari kematian, dan kematiannya itu lebih
dekat dari angan-angannya.
عَنْ أَنَسٍ
قَالَ خَطَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطُوطًا فَقَالَ هَذَا
الْأَمَلُ وَهَذَا أَجَلُهُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ جَاءَهُ الْخَطُّ
الْأَقْرَبُ
Dari Anas, ia berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggaris
beberapa garis, lalu bersabda, ‘Ini angan-angan (manusia), dan ini ajalnya.
Ketika ia dalam keadaan demikian (mengejar angan-angannya), tiba-tiba datang
kepadanya garis yang terdekat (ajalnya)’.” (HR. al-Bukhari).
Dalam riwayat lain disebutkan:
عَنْ أَنَسٍ
قَالَ جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَامِلَهُ
فَنَكَتَهُنَّ فِي الْأَرْضِ فَقَالَ هَذَا ابْنُ آدَمَ وَقَالَ بِيَدِهِ خَلْفَ
ذَلِكَ وَقَالَ هَذَا أَجَلُهُ قَالَ وَأَوْمَأَ بَيْنَ يَدَيْهِ قَالَ وَثَمَّ
أَمَلُهُ ثَلَاثَ مِرَارٍ
Dari Anas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengumpulkan jari-jarinya, lalu menurunkannya ke tanah, lalu beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ini anak Adam,’ lalu beliau menggerakkan
tangannya di belakangnya itu sambil mengatakan, ‘Ini ajalnya,’ kemudian beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke arah depan sambil bersabda, ‘Dan di
sana angan-angannya,’ tiga kali”. (HR Ahmad).
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menerangkan kedekatan
ajal pada manusia itu dengan isyarat-isyarat dengan anggota badan beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam,
عن أَنَسٍ
بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
هَذَا ابْنُ آدَمَ وَهَذَا أَجَلُهُ وَوَضَعَ يَدَهُ عِنْدَ قَفَاهُ ثُمَّ
بَسَطَهَا فَقَالَ وَثَمَّ أَمَلُهُ وَثَمَّ أَمَلُهُ وَثَمَّ أَمَلُهُ
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,’Ini adalah anak Adam, dan ini adalah ajalnya,” beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam meletakkan tangannya pada tengkuknya, lalu beliau
menyebarkannya lalu bersabda, “Dan disana adalah angan-angannya, dan disana
adalah angan-angannya’.” (HR Tirmidzi).
Demikianlah antara kita dan kematinan –kaum muslimin rahimakumullah-. Di antara kita ada yang malas
mengingatnya, walaupun dia tidak memungkiri itu akan menimpa dirinya. Di antara
kita ada yang tidak suka mendengarkannya, padahal bisa jadi hal itu sudah
sangat dekat dengannya.
Demikian khutbah ini,
mudah-mudahan menjadi renungan dan menambah iman kita sehingga senantiasa ingat
kepada Allah SWT. Amin ya robbal ‘alaamin.
بَارَكَ الله ُلِي وَلَكُمْ فِى
القُرْاَنِ الْكَرِيْمِ وَ نَفَعَنِى وَ اِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ
الذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله مِنِّى وَ مِنْكُمْ تلآوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ
Sumber: Kumpulan khutbah jum'at ponpes sabilul Hasanah.
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT ( Seribu Satu Sebab Kematian Manusia)"
Post a Comment
الإنسان محل الخطأ والنسيان
.
(Manusia tempatnya salah dan lupa)